Para ibu buruh tani terbiasa bercanda ria sembari menyiangi rumput. Dari waktu kewaktu selalu ada saja topik yang dibicarakannya.
Tidak ingin ikut hanyut dalam obrolan para ibu-ibu. Qohar pergi menjauh memperbaiki dan mengecek saluran air sambil menyiangi rumputan liar disela-sela tanaman padi. Pekerjaan itu dilakukan sambil menunggu ratanya permukaan air. Disepanjang guludan rumput-rumput liar dan ilalang dibersihkan dengan rapi seperti yang biasa dikerjakan neneknya. Dari jauh samar-samar tanpa sengaja masih terdengar pembicaraan ibu-ibu buruh tandur. Semenjak kedatangannya ke sawah pelan-Pelan mereka menggiring dan mengalihkan topik pembicaraan ke masalah neneknya. Dibawah terik panasnya mentari yang kian menyengat tak menyurutkan para ibu-ibu itu untuk terus bercerita. Ada semacam rasa puas dan bangga menghinggapinya apabila mengetahui berita itu secara menyeluruh. Itung-itung dijadikan hiburan sebagai upaya keluar dari keadaan yang menelikungnya. Terkungkung oleh rasa jemu, keram dan pegal-pegal disekujur badan. Biasanya di waktu dzuhur mereka mulai beristirahat.
Mereka seperti terhibur dengan cara bergosip ria dan seolah terobati akan sebuah candu yang telah lama mengakar dan bersarang di kepala para ibu-ibu itu. Sambil menyiangi rumput para ibu-ibu itu tak henti-hentinya membicarakan orang lain. Sementara Qohar semakin asyik pula dengan dunianya sendiri, mengairi sawah sembari menyiangi rumput, lalu sesekali pergi ke sungai dan nyebur dengan gaya saltonya.
"Kayaknya memang sudah cukup lama ya Mbok Nah tidak ke sawah." Ujar perempuan yang dari tadi pagi pekerjaannya hanya membuang rumput ke selokan
"Mungkin sakitnya sudah ada seminggu, kalau tidak salah semenjak dari balai Desa." ujar yang lain.
"Mbakyu tak bilangin! Jangan bilang ke orang-orang ya? Kabarnya Mbok Nah itu sudah tidak di perbolehkan ngaji di majlis taklim asuhan pak Yai Idris karena bisa mendatangkan aib bagi Majlis Ta'lim itu sendiri. Kalau Mbok Nah tetep nekat ikut pengajian itu sama artinya dia mencemarkan nama baik pak Yai, sampai-sampai kata Mbok Karti yang ikut pengajian kemarin pak Yai berpesan kepada seluruh para jamaah agar supaya berhati-hati di dalam bekerja, bertindak maupun bersikap. Jangan sampai menjadi Mbok Nah yang kedua kali. Yang lurus-lurus saja gitu lho." Bisik Nyai Sarkem kepada katimeh.
"Katanya Mbok Nah cuma jadi makelar tanah?" Timpal Katimeh pelan.
"Makelar sih Makelar tapi buktinya kan kayak gitu, sekongkol dengan orang-orang kafir." Ujar nyai Sarkem yang biasa menyaMakan orang-orang asing itu dengan orang kafir.
"Sakitnya mungkin adzab dari gusti Allah." Seorang perempuan yang lain berkesimpulan.
"Adzab kepalamu! Lha wong Mbok Nah itu katanya bela-belain ke balai Desa demi keadilan kok!" Bela Kasanah, tetangga jauh Mbok Nah yang sejak tadi diam saja. "Dia itu protes dengan aturan yang di buat pak Carik yang katanya berubah-ubah itu!"
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109