Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nanti saya dimarahi Maknyak."

"Wis ra opo-opo, lha wong nenekmu sakit kok masih banyak bertingkah!

"Terima kasih Mbah."

            Malam mulai menampakkan wajahnya, rembulan yang siang itu bersembunyi dibalik awan kini waktunya menampakkan diri. Sekumpulan kelelawar mulai keluar dari lubang pada ruas-ruas bambu disetiap teras rumah. pertanda waktu maghrib telah tiba. Kearifan alam hadirkan pengetahuan yang bermetamorfosa menjadi sebuah tradisi. Anak-anak dengan busananya yang rapi mulai menyandang kitab suci lalu dengan indahnya anak-anak kecil melafadzkan kalam ilahi. Kalimah-kalimah yang selalu selaras dengan berbagai zaman itu tak pernah bisa dinodai hingga dunia digulung. Setiap hari setiap minggu muncul tunas-tunas baru al khamil蜉2 diseluruh penjuru dunia yang senantiasa mengawal dan menjaga kesuciannya. Sementara itu sekumpulan ayam, kambing dan ternak-ternak lain telah masuk ke kandangnya masing-masing. Burung hantu, mahluk Tuhan yang unik, bisa memutar lehernya hingga seratus delapan puluh derajat itu mulai mengasah ketajaman indera penglihatannya dengan  sorot matanya yang kaku seolah tak bisa bergerak. Seandainya seseorang memperhatikan sorot matanya berlama-lama maka akan tersipu malu dan meringis dibuatnya. Siapapun orangnya. karena sorot matanya yang tajam itu terus memaku seperti sedang berakting. Tetapi aktingnya keterlaluan dan mampu mengalahkan rekor hingga berjam-jam lamanya. Burung itu menanti dan terus menanti datangnya mangsa, begitu mangsa datang secepat kilat burung itu menyambarnya.

Selepas waktu Isya' para tetangga dengan beberapa anaknya datang menjenguk Mbok Nah.

Malam itu Qohar sedikit sumringah, para tetangga secara sukarela membagi tugas masing-masing. Ada yang membantu merapikan tempat tidur, melipat baju, memijiti, dan  memasak air. Adapula beberapa ibu yang sengaja datang untuk menghibur dengan banyolan-banyolannya yang khas.

"Lho setelah di pijiti kok malah sekujur tubuhnya Makin terasa dingin bagaimana ini? Wah jangan-jangan..." Kata seorang perempuan kepada rekannya.

"Ah kamu menakut-nakuti saja." Sahut yang lain.

"Lha wong tubuhnya makin terlihat segar gitu kok, ya mbok ya?" Tanya seorang perempuan yang berpakaian abu-abu. Mbok Nah cuek saja sambil menahan senyum. Lalu kemudian senyumnya mengembang.

"Lha mukamu kenapa? kok coreng moreng, habis masak ya?" Tanya yang lain sambil terus memijiti kaki Mbok Nah, mengada-ada. 

"Masa iya, lha wong saya tadi mau kesini ya bedakan dulu." Keluhnya sambil mengelus-elus pipinya. "Yang mana sih?". Tanyanya kemudian. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun