Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka berempat mencuri tebu di atas truk yang terperosok dipinggir jalan, kejadian itu persis dimalam purnama. Tanpa dinyana sebelumnya truk berisi penuh dengan muatan tebu itu ditunggui dua orang berbadan kekar yang tengah tertidur. Ia berempat pun kaget bukan kepalang setelah salah seorang penjaga tebu tiba-tiba terbangun. Dengan membawa masing masing beberapa batang tebu. Ia berempat lalu lari terbirit birit. Pada saat lari itulah mata Rodiyah sebelah kiri tertancap ujung tebu yang umumnya lancip dikedua ujungnya.

Tebu yang sebenarnya sepele itupun membawa petaka, begitu ujung tebu yang menancap dibola mata sebelah kirinya dilepas, darah lalu mengucur dan mengalir perlahan. Bajunya yang telah usang menjadi basah dipenuhi darah. Rodiyah, perempuan yang selalu memakai tusuk konde itu merintih menahan rasa sakitnya. Ia berempat tidak tahu harus bagaimana, hanya bisa menangis dihantui rasa takut yang mencekam.

Ditengah malam ia berempat tidak pulang karena takut dimarahi orang tua. Mereka lalu tidur di sebuah gubuk dibawah pohon kapuk randu, kebetulan waktu itu tengah musim buah kapuk, Rodiyah lalu membalut sendiri kemudian mengelap dan membersihkan bekas-bekas darah disekitar mata dan sebagian mukanya dengan kapuk randu. Malam itu hingga fajar tiba ia berempat tidak bisa tidur, hanya bisa menangis bergelayut rasa takut dan meratapi nasib.

Atas peristiwa malam itu Rodiyah terluka lahir bathin, Luka-luka itu lalu membekas dikalbunya, luka bathin yang selalu basah dan tidak akan pernah kering sampai kapanpun. Jika luka-luka itu sampai mengering maka ia akan mudah tersulut api dan terus berkobar oleh hembusan angin perjuangan. Menginjak remaja ia dengan gigih memperjuangkan hak-hak orang-orang pribumi meski harus meniti hidup dengan satu mata. Hingga suatu saat ia dipersunting kang Umar tanpa prosesi lamaran terlebih dahulu.

Kang Umar, seorang pemuda kampung yang terkenal memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, sangat disegani dan diperhitungkan kaum penjajah kala itu. Mereka sama-sama gigih melawan segala bentuk penjajahan. Suatu ketika di tengah malam ia bersama suaminya berniat menyamar ke markas tentara Belanda. Dengan sangat hati-hati ia dan suaminya  mengendap-endap masuk dari belakang gudang senjata, mereka berdua hendak mencuri amunisi dan peluru namun takdir berkata lain, ia dan suaminya diketahui tentara Belanda.

Keduanya lalu ditembak dengan puluhan selongsong peluru. Dalam peristiwa itu tubuh kang Umar tak mampu ditembus peluru dan berhasil melarikan diri, sedangkan Rodiyah langsung tergeletak tak berdaya. Dalam ketidak berdayaan itu ia lalu digelandang ke rumah letnan jenderal Van Gogh lalu diberondong dengan puluhan peluru disaksikan pasang-pasang mata para tentara. Puluhan peluru bersarang ditubuhnya lalu jasadnya dibuang di sebuah sumur belakang markas.

Entah kenapa bau harum semerbak menguar di sekitar sumur hingga tujuh hari lamanya. Sepeninggal Rodiyah tak ada tanda gelar ataupun jasa yang diberikan pemerintah kepadanya, tetapi Tuhan maha adil dan bijaksana, meski tanpa uang tunjangan ataupun bantuan dari pemerintah, anak cucu Rodiyah tak kurang suatu apa, bahkan hidup mereka sekarang sudah lebih dari cukup dan menjadi orang terpandang di Desanya. Seandainya Rodiyah dan suaminya masih hidup dan menyaksikan berkah dan karunia Tuhan yang dilimpahkan kepada anak cucunya, mungkin tangis bahagia akan senantiasa mengiringi hari-hari tuanya. Tak banyak yang diharapkan dari seorang Rodiyah selain kemerdekaan dan kemakmuran suatu bangsa.

Mengalun kecapi tua

Dan suara sumbang menggema

Juga  dendang dan balada

Isi kisah hidupnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun