Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Qohar! bangun cucuku" Mbok Nah membangunkan sambil membelai lembut  keningnya. Qohar terbangun dari tidurnya. Dirabanya jari jemari di kedua tangan neneknya, terasa panas.

" Tanganmu terasa panas sekali Mak. Maknyak tidak apa-apa kan?".

"Aku tidak apa-apa, jangan khawatir. Cepat ambil air wudlu dan laksanakan shalat!"

Selesai sholat tidak lupa memanjatkan doa sebisanya, meminta dan mengharapkan kesembuhan neneknya.

"Qohar! kamu sudah shalat.”

"Sudah Mak!”

"Sekarang buka pintu dan jendela dapur lalu beri makan ayam-ayamnya dan jangan lupa beri makan kura-kuramu, setelah itu Maknyak buatkan bubur!”

 Tanpa menunggu perintah susulan, Qohar dengan cekatan membuka pintu dan jendela dapur lalu memberi makan ayam dan kura-kuranya. Setelah itu ia mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk membuat bubur.

"Maknyak! kelapanya habis" Ucapnya sambil melongok ke bilik Mbok Nah.

"Masih satu butir didalam ember." Jawab Mbok Nah dengan suara lirih.

Persedian kayu di dapur tinggal sedikit, hanya tersisa beberapa ranting. Ia lalu kebelakang rumah mengambil kayu bakar. Di belakang rumah ia tertegun menerawang ke atas pucuk ranting pohon bambu yang menaungi rumahnya, ia mulai khawatir dengan kesehatan neneknya yang tak kunjung sembuh dan tidak sanggup lagi menelan nasi dalam bentuk utuh. Jalan satu-satunya adalah dengan mengolahnya menjadi bubur nasi sehingga memudahkannya untuk bisa ditelan karena bentuknya yang lebih lembut. Setelah orang yang senantiasa mencurahkan kasih sayang secara tulus padanya kini keadaannya terpuruk tak berdaya ia jadi lebih menyadari dan memahami arti hadirnya seorang nenek baginya. Seandainya semenjak dilahirkan tidak ada orang yang sudi merawatnya, mungkinkah dirinya masih bisa hidup? Atas semua ketulusan yang telah diberikan padanya ia berjanji kepada diri sendiri akan merawat neneknya dengan segenap tenaga dan kemampuannya. Ia ingin membalas rasa tulus neneknya yang selama ini tercurah pada dirinya. Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan lalu diambilnya kayu bakar satu persatu. Kini bubur nasi aroma santan kelapa yang praktis itupun tersaji disamping tempat tidur Neneknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun