Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya mau kencing dulu Mak!" Tunda Qohar sembari beralasan.

"Pinterr!! yo wis kencing dulu sana!" Ujarnya memberinya ruang untuk beralasan.

Mbok Rum adalah seorang janda tua, hidup sebatangkara walau sebenarnya usianya terpaut jauh lebih muda dari Mbok Nah, tetapi Mbok Rum sudah sering sakit-sakitan sehingga terlihat lebih tua dari mbok Nah. Ia ibarat pohon beringin yang rimbun dengan berhiaskan dedaunan yang lebat akan tetapi cepat meranggas, daunnya dengan mudah berguguran lalu mengering laksana menghadapi musim kemarau selama bertahun-tahun.

Ia tak punya keturunan maupun sanak saudara untuk mengisi tempat berbagi, seminggu yang lalu rumahnya yang lebih mirip gubuk itu tiba-tiba roboh berantakan. Kini gubuknya yang rata dengan tanah itu telah berdiri, tetangganya dikanan kiri gotong royong memperbaiki dan membangunnya kembali, sebelumnya ia menumpang makan dan tidur dirumah Kartini, seorang ibu muda yang hidup dalam kesendirian karena ditinggal pergi suaminya sejak usia perkawinannya masih seumuran jagung.

Rumah mbok Rum yang berdindingkan anyaman bambu itu ambruk rata dengan tanah oleh ulah kambing- kambing snewen. Kambing- kambing snewen itu milik Haji Malik, tiga ekor kambingnya terlepas dari kandang, dua ekor kambing jantannya ngebet ingin kawin, lalu mengejar seekor kambing betina yang tengah berahi. Ketiganya berkejar-kejaran dan berlari-lari bebas mengelilingi kampung.

Tanpa diduga sebelumnya salah satu kambing jantan tali tambangnya tersangkut disalah satu tiang rumah Mbok Rum. Rumah mungil itupun roboh hanya kurang dari hitungan menit. Imbasnya gubuk kecil itu pun ambruk berantakan. Untungya Mbok Rum waktu itu tengah pergi ke Sungai untuk keperluan buang hajat, sehingga selamat dari musibah. Kepada Mbok Rum pak Haji Malik hanya berujar. ”Wong rumahnya memang sudah reyot kok. Sudah waktunya ambruk”

Radiya

Malam begitu terang di malam purnama, dalam penanggalan tahun hijriyah biasanya jatuh tepat di pertengahan bulan. Beribu-ribu atau mungkin berjuta-juta bintang bertaburan menghiasi langit. Konon seluruh pasir diseluruh alam tak mampu mengimbangi jumlah bintang yang bertebaran di angkasa raya. Bintang dan ribuan galaksi itu tak ada yang menjinjing, tiada pula yang menyangga tetapi tetap pada porosnya.

Itulah sebuah maha karya dari yang kuasa. Tak akan pernah tertandingi walaupun oleh sekumpulan para ilmuwan sekalipun.  Benda-benda angkasa bergerak, berputar pada porosnya sesuai fungsinya masing masing. Karena saking banyaknya pada hakikatnya tidak akan mampu manusia untuk menghitungnya apalagi menamakan kesemuanya. Setiap planet- planet mempunyai galaksi masing-masing seperti beranak-pinak.

Malam itu Mbok Nah dan Qohar duduk selonjor di teras depan, bercengkrama berbagi cerita dan sesekali diselingi guyon sembari mengupas tebu sebagai cemilan. Tak lama kemudian rasa kantuknya tiba-tiba mulai menyerang perlahan,  Qohar lalu segera pamit mohon diri untuk tidur terlebih dahulu. Mbok Nah masih bertahan di teras. Tatapan kedua bola matanya mulai memudar lalu kosong, seperti ada sesuatu yang memasuki jasadnya. Kedua bola matanya menerawang, jasadnya seolah-olah terpaku dan bermetamorfosa menjadi sebuah patung.

Sementara di luar sana hanya sesekali terdengar celepuk burung hantu diselingi walang kekek dan jangkrik jalenggong yang senantiasa mengisi kesunyian. Dikeheningan malam itu ia teringat semasa kecil dulu sewaktu zaman penjajahan, ingatan masa lalunya pelan-pelan merapat dalam benaknya. Mbok Nah teringat sebuah peristiwa masa lalu, dirinya bersama Badrun, Amar dan Rodiyah mencuri tebu milik para cukong Belanda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun