Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kok malah diam! Tidak menangis lagi ?” Kata-kata itu terasa pahit dan seolah mampu menyulap telinga menjadi merah, penuh oleh darah.

Mbok Nah tidak tinggal diam, dengan lantang ia melontarkan pertanyaan yang tidak kalah sengit.

"Cucuku tidak tau apa-apa, kenapa kamu tampar. Apa kamu yang memberi makan?" Pak Lurah diam tanpa sepatah katapun terucap, diwajahnya tersirat sikap tak acuh.

“Anda ini sudah jelas-jelas dinyatakan bersalah Mbah.!" Ucap salah seorang perangkat Desa yang lain. Seperti manusia yang tak pernah khilaf, orang-orang dilingkaran pemerintahan  Desa langsung memvonis tanpa melihat duduk perkaranya secara obyektif terlebih dahulu.

"Kita bawa saja ke pihak yang berwenang." Celetuk perangkat yang lain.

Mbok Nah tetap pada pendiriannya, meski ia diteror tak sepatah katapun kata-katanya yang berubah. Berjam-jam Mbok Nah yang telah renta itu di interogasi tetapi tidak juga menemukan hasil yang mereka harapkan. tak lama kemudian Mbok Nah disuruh keluar dari ruangan.

"Ya sudah! kalau begitu Mbok Nah ikut kami!" Ucap seorang perangkat Desa disamping kirinya lalu dengan diapit dua orang dikanan kiri Mbok Nah dan Qohar yang masih polos itu dibawa ke dalam sebuah ruangan tertutup. Di dalam kamar yang lebih mirip dengan kandang kambing itu dipenuhi kertas-kertas lusuh, koran bekas dan kursi meja yang rapuh dengan kaki penyangga yang telah ganjil. Tumpukan kursi-kursi  yang telah usang itu memenuhi ruangan hingga langit-langit di pojok kamar. Belum sempat bernafas lega di ruangan pengap itu, Mbok Nah kembali didatangi dua orang perangkat desa yang masih belum puas dengan pertanyaan beberapa saat yang lalu.  Dengan mimik beringas dan geram dua orang perangkat Desa itu menunggui dan menginterogasi kembali dengan beberapa pertanyaan yang dianggapnya belum tuntas..

"Mbah! semua ini pasti ada yang mendalangi. Siapa Mbah yang mendalangi? Simbah  tinggal jawab kalau ingin bebas.!" Tawar salah seorang perangkat Desa.

Karena tidak tahan lagi menghadapi kedzaliman dan kemunafikan, Mbok Nah mencoba ngawur dengan menjawab sekenanya meski sebenarnya sama sekali tak ada yang mendalangi. Mbok Nah sempat tergagap sebelum terucap sebuah jawaban yang ngawur.

"orang-orang chunghoa."

"oh...jadi orang chunghoa yang mendalangi. Kenapa Sampeyan mau diperbudak ?" Tanya yang lain sambil mengangguk-angguk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun