Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hilang yo wis! Jangan ditangisi. Mbok ya coba kamu pikir, burung gemak kok dikurung terus, apa kamu tidak kasihan. Bayangkan kalau seandainya kamu ku kurung didalam kamar sampai seharian atau bahkan berbulan-bulan. Apa kamu mau?" Hibur Mbok Nah sembari menasehati.

"Burung itu juga mahluknya Gusti Allah, biarkan saja burung itu terbang bebas. Bila terus-terusan kamu kurung kamu kekang nanti kamu akan dibalas di akhirat, kamu nanti dikurung juga seperti apa yang telah kamu perbuat terhadap burung itu." sambungnya.

“ Nanti gemakku tidur dimana?”

“ Wis tidak usah dipikir, nanti burung itu juga punya tempat sendiri di kebun”

Mulanya panggilan Maknyak dari Qohar kepada neneknya hanyalah gurauan semata, waktu itu Qohar baru saja menonton tv dirumah Fariz temannya. Usianya jauh lebih muda dari Qohar namun Fariz tergolong bongsor. Fariz yang mempunyai kebiasaan mengisap jempol menjelang tidur itu tak pernah jauh-jauh dari permen coklat sehingga wajar gigi-giginya hitam dan keropos, lebih mirip dengan gigi nenek-nenek yang hitam coklat oleh baluran kapur sirih. Fariz, putra Pak Karim baru beberapa minggu dibelikan televisi.

Dirumah Fariz itu ia menonton televisi serial drama Betawi Si Doel Anak Sekolahan. Disitu si Doel dan Mandra sang pemeran utama memanggil Ibunya dengan sebutan Maknyak. Qohar yang masih polos itupun ikut-ikutan memanggil neneknya dengan sebutan Maknyak. Kini panggilan Maknyak menjadi suatu kebiasa'an yang mengakar dan berangsur menjadi sebuah kebanggaan sekaligus hiburan baginya. Ada semacam rasa teduh apabila panggilan Maknyak itu terlontar dari mulut Qohar cucunya.

"Di genuk蜉1 ada beberapa ikat daun singkong. Ambil seikat saja lalu berikan sama Mbok Rum! nanti terus pulang jangan keluyuran." Perintah Mbok Nah sembari menasehati.

"Kemarin sore kan sudah diberi Mak?" ujar Qohar, gayanya manja.

"Kamu kemarin sore kan juga sudah makan!" Timpal Mbok Nah, enteng.

"Aku tidak makan. tapi..sarapan." kilahnya.

"Sarapan kok sore-sore. Sudah! Sana buruan, besok insya allah ku carikan gemak lagi." Perintahnya sambil menghibur, untuk mengobati kegalauan Qohar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun