Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku sih bukan orang kota, tapi walaupun bukan orang kota tapi aku kan kotangan" Ambar membela diri.

"kotangan kok dibilangin ke orang-orang, dassar ndeso." Ejek Bu Lela pada Ambar, tidak mau kalah.

"Lha kamu malah katro pake sendal kok kebalik.” Kata Ambar berkelit, sambil menunjuk ke arah sandal yang di pakai Bu lela.

"Yo wis ben." Balasnya cuek.

"Pancen nyaman yo naik mobil alus, adem lagi". kata Mbok Nah kepada Bu Lela memecah kebekuan.

"Memang nyaman." Sahut Bu Lela.

"Bukan nyaman  tapi nyuaman!" Ujar Ambar dengan mantap.

            Tanpa terasa Mbok Nah dan rombongan sampai di rumah Pak Carik. Mobil mercynya hanya boleh diparkir di pintu gerbang. Oleh tukang kebun tidak di ijinkan kendaraan roda empat masuk ke dalam karena masih dalam tahap pengerjaan paving block. Di dalam gerbang itu ada empat orang pekerja yang tengah mengerjakan pemasangan paving, dua orang tukang dan dua orang kenek. Halaman rumahnya yang begitu luas dipenuhi dengan kandang dan kerangkeng berjeruji besi, berisi burung-burung langka dan binatang-binatang aneh. Sekawanan kera yang menghuni kerangkeng besi tampak kepanasan. Burung-burungpun demikian, terlihat mondar-mandir seperti tengah kelaparan. Sekumpulan tupai bersama kancil dijadikan satu kandang berukuran dua kali dua meter. Tupai-tupai dan kancil itu tampak sayu berkerumun dibawah tumpukan rumput kering dan kulit pisang, beberapa anakannya tampak mondar-mandir seperti ingin berontak. Sang pemilik Sepertinya tidak menyadari jika hakikatnya kedua jenis binatang itu dari spesies yang berbeda.

            Beberapa ekor penyu spesies langka dan biawak tampak bolak-balik nyemplung ke dasar air yang dangkal. Tak ada langit-langit sejengkalpun yang menaunginya. Di halaman yang sangat luas untuk ukuran taman pada umumnya itu hanya di isi dua buah pohon cemara berukuran sedang. Dua tanaman itu seperti meranggas karena kekurangan nutrisi atau karena unsur haranya telah berkurang. Ketika menyaksikan mahluk-mahluk yang tidak berakal itu dalam mengisi kehidupannya, hanya menyisakan rasa trenyuh. Binatang-binatang itu merana diantara nafsu keserakahan dan kepongahan manusia, sebuah dilema yang memprihatinkan.

"Silahkan masuk!". Sapa seorang wanita tua yang juga hendak masuk kerumah sambil menenteng sekeranjang barang belanja.

            Begitu memasuki rumah pak Carik mereka tertahan di teras depan, menunggu tuan rumah mempersilahkan masuk terlebih dahulu, tak lama kemudian muncul dari balik pintu seorang perempuan muda yang tengah mengandung. Seperti yang diketahui dari kabar yang beredar di masyarakat, pak Carik telah menghamili seorang janda muda beranak satu, sementara Pak Carik sendiri telah berkeluarga dan telah dikaruniai tiga orang anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun