“Lha Cucuku bagaimana? Ujar Mbok Nah seakan ingin mengikut sertakan cucunya dalam rombongan itu.
"Lha wong biasane yo ditinggal ke sawah kok". Sahut Bu Lela cepat dan keras.
"Ikut juga tak apa, lha wong tak ada yang melarang kok" Ujar Ambar cuek.
Mereka semua berangkat kerumah Pak Carik dengan mengendarai mobil mercy yang di kemudikan Pak Supardi. Di dalam mobil meski jalanan terjal dan berliku tapi sama sekali tak terasa. Mereka tak bisa menyembunyikan kegembiraannya karena seumur-umur belum pernah menaiki mobil semewah itu. Toh kalaupun pernah sepuluh tahun sekali belum tentu kenangan manis itu terulang, sehingga wajar jika Mbok Nah tak tega melihat Qohar sendirian di rumah. Sementara dirinya pergi menikmati ladzatnya dunia dengan menaiki mobil mercy.
"Kalo kayak gini setiap hari yo enak to?" Ucap Bu Lela memecah keheningan.
“Ikut Pak Amin saja biar nanti bisa naik mobil setiap hari" Ujar Ambar.
"Trus mangan opo kalo ndak kerjo, mosok ngintil wae?" Potong Mbok Nah. Sementara pak Amin, pak A kwan dan pak Supardi hanya bisa cengar-cengir menyaksikan ulah dan guyonan para ibu-ibu itu meski tak memahami betul bahasa dan maksudnya.
"Yo mangan kacane tah mangan joke wae" Ucap Bu Marni yang sejak tadi cuek saja.
"Ngawur!" Timpal Bu Lela.
"Walah sampeyan iku lho kelihatan ndeso" Ejek Ambar pada Bu Lela.
"Pancen aku wong ndeso, apa kamu kelihatan orang kota?" Jawab Bu Lela membela diri sembari berseloroh.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109