Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Wa’alaikum salam..”    

Dibukanya pintu dengan perlahan, ketika pintu telah terbuka ia terkejut bukan main. perasaan Mbok Nah waktu itu campur aduk menjadi satu. kaget, Senang, marah ,geram, sebel menjadi satu.

“Kamu too..! tak kira siapa, dari mana saja kamu? Masih ingat rumah! Kamu kira Maknyak tidak mencarimu, jangan sampai diulangi lagi ?” Kata-kata Mbok Nah nerocos begitu saja.   

            Tanpa sepatah kata Qohar berjalan pelan menuju kamarnya. Memperhatikan kura-kuranya yang terlihat lesu. Seakan-akan memahami apa yang telah terjadi pada dirinya. Sambil terus mengomelinya Mbok Nah mengikutinya dari belakang seraya memerintah Qohar seolah-olah sebagai sebuah ganjaran baginya.

“Dari tadi sore Maknyak tidak ngeliwet蜉2 gara-gara memikirkanmu. Sekarang  kamu kupas rebungnya juga sekalian kangkungnya dipotong-potong! Maknyak mau belanja dulu ke warung membeli keperluan dapur...............

            Sambil berbelanja Mbok Nah mampir kerumah tetangga. Sekedar memberitahukan perihal cucunya yang baru saja pulang. Pagi itu hatinya lega karena orang yang telah dicarinya telah kembali.     

            Pak Amin bersama A kwan Asisten pribadi Pak Yusuf Chen Lau serta Supardi sopir pribadinya datang memenuhi janjinya, menyambangi rumah Mbok Nah untuk melunasi pembayaran tanah kavling sekaligus mengurus kepemilikan tanah dan surat-surat perijinan lainnya ke Kelurahan. Pagi itu di rumah Mbok Nah telah berkumpul dua orang, bu Marni dan Ambar putri sulung pak sarwo. Pak sarwo berhalangan hadir karena pergi mengantar bu Sarwo ke puskesmas. Kebetulan pagi itu Bu Lela sedang main di rumah Mbok Nah sehingga menambah kehangatan suasana. Seperti biasa apabila si biang gosip itu sedang tidak ada kerjaan kerapkali yang dilakukan adalah pergi kerumah tetangga lalu membicarakan keborokan orang yang sedang menjadi buah bibir. Mengurai benang kusut mulai dari A sampai Z. Wajar mengingat orang-orang kampung hanya mengenal dua musim, musim tanam dan musim panen. Diperlukan waktu beberapa bulan untuk mengulang siklus musiman itu.

Pak Amin dan Akwan datang dengan mengendarai mobil mercy. Pak Amin yang berperawakan sedang, berambut lurus membawa beberapa berkas. Gerak-geriknya mantap serupa dengan model papan atas sekalipun. Disampingnya A Kwan yang tambun berkepala botak dan berkaca mata hitam menenteng sebuah laptop, wajahnya menyiratkan keseriusan tingkat tinggi. Mungkin karena saking seriusnya yang totally itu ia seperti kehabisan otak untuk berfikir sehingga menjadi botak.  Dua orang itu masuk ke rumah Mbok Nah.  Merekapun berembug.

           

Keuangan Yang Maha Kuasa

Cari-cari uang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun