Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Nyari siapa Mbok ?” Tanya karti, tetangga sebelah yang hendak pergi ke Musholla untuk menunaikan  Ibadah  sholat  maghrib.

“Nyari cucuku gini hari kok belum juga pulang. Apa kamu tau dimana cucuku?”

“Aku tidak tahu Mbok. Aku baru saja pulang dari rumah mertua.” Jawab Karti.   

“Kalau lihat Qohar tolong suruh pulang ya?” Pinta Mbok Nah memelas.    

“Ya Mbok!” 

“Kok maghrib-maghrib baru nyari Mbok? tidak tadi sore.” Sergah Mini yang juga hendak ke Musholla bersama Karti, seakan ia ingin menyalahkannya.

“Saya kira ya akan pulang seperti biasanya, tapi setelah ku tunggu sampai maghrib kok masih juga belum pulang, bikin pegal hatiku saja.” Katanya menggerutu sambil ngeloyor pergi meninggalkanNya.

            Dengan tergopoh-gopoh Mbok Nah lalu pergi ke rumah pak RT meminta pertolongan. Belum kelar ke rumah pak RT hujan sudah mulai turun setelah sebelumnya langit mendung memayungi seluruh perkampungan. Mbok Nah malam itu mengakhiri pencarian karena sepertinya hujan akan turun lebat dengan ditandai datangnya angin kencang dan suara gemuruh disertai petir yang terus menyambar.     

Mbok Nah pulang diliputi kekecewaan. Rasa dongkol, khawatir, cemas bercampur menjadi satu seperti bubur ayam. Malam itu Mbok Nah mengambil air wudlu  lalu melaksanakan sholat-sholat sunnah. Duduk bersimpuh mohon ampun kepada Yang Kuasa. Selesai mengadu kepada Yang Kuasa terpikir olehnya jujugan saudaranya satu persatu. Ipar, sepupu, sampai kemenakan.

Kalau tak ada aral melintang besok pagi ia akan menyambangi saudara-saudaranya, pikirnya siapa tahu Qohar menginap di rumah salah satu saudara terdekatnya. Sehabis mengadu kepada Yang Kuasa Mbok Nah lalu ke dapur untuk makan malam. Malam itu sesuap nasipun tak bisa tertelan, pikirannya terus teringat cucu satu-satunya. Tidak ada nafsu makan, tidak ada gairah hidup, tidak ada keceriaan dan tidak ada cerita-ceritaan di malam itu.     

Ditengah malam kedua orang tua Toni pulang dari kondangan. Hingga tiga kali mengucap salam Toni baru terbangun, ia tertidur pulas sehabis guyonan semalaman dengan Qohar. Sebenarnya kala kedua orang tua toni mengucapkan salam yang pertama telah terdengar oleh Qohar karena terkadang biasanya ditengah malam ia dibangunkan neneknya untuk sekedar diajak sholat tahajjud, tetapi malam itu Qohar tak berani membuka pintu, ia menunggu sambil mencubiti kaki Toni agar secepatnya terbangun. Toni lalu terbangun dan membukakan pintu.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun