Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Maknyak! Aku pergi.” Ucapnya datar.

“Kemana?”

“Main.. “

“Ingat! kalau main jangan nakal jangan suka ngerjain teman dan jangan lupa ingat waktu.”            Begitulah pesan itu sering terucap dari bibir perempuan tua berambut perak itu setiap kali Qohar akan main ke rumah teman atau disaat-saat akan pergi tanpa dampingan darinya.      Tanpa sepengetahuannya Qohar main ke rumah Toni, kedua orang tuanya serta adiknya pergi kondangan ke rumah teman sejawat di luar desa menghadiri acara perkawinan kang Badrun yang terbilang masih kerabat dekatnya, sebuah kebetulan. Sementara Toni tidak di ajak serta supaya jaga rumah. Jarak rumah Toni dengan rumah Qohar tidaklah jauh, hanya dibatasi tiga bangunan rumah dan beberapa petak kebun pekarangan. Kepada Toni Qohar menuturkan jika dirinya telah mendapat ijin dari Mbok Nah dengan tujuan supaya di ijinkan untuk tinggal dan menginap semalam. Bak di sodori uang, Toni tak bisa menolak karena dirinyapun memang kesepian dan kebetulan tanpa dikomando, teman itu hadir dengan sendirinya menawarkan diri.   

           

Sore itu Qohar melakukan aksi nekat, ia tak memberitahukan perihal keberadaannya. Ia pikir Mbok Nah sudah tidak lagi mencarinya karena baru saja di marahi. Sebenarnya di dalam hati Qohar berkecamuk antara bilang mengenai keberadaannya atau tidak sama sekali. Ia seperti kesulitan membohongi diri sendiri, hati kecilnya yang masih bening sebening embun di pagi hari itu terus bergejolak, mendesak agar berterus terang dan jujur perihal di mana keberadaannya sekarang, agar tak membuat neneknya gusar dan gundah diliputi tanda tanya. Tapi benih-benih nafsu agaknya terus membiak, menyatu dan menguasai akal beserta hati nuraninya. Rasa khawatir lambat laun kian tergerus dengan sendirinya karena terobati dengan kehangatan bercengkrama, guyonan diantara keduanya.     

            Kekhawatiran rupanya tak hanya berpihak pada Qohar semata, begitu pula pada diri Mbok Nah. Tidak biasanya di waktu menjelang maghrib Qohar masih di luar rumah. Biasanya di waktu-waktu seperti itu Qohar sudah mandi dan terlihat rapi. Menunggu saat-saat adzan maghrib. Menjalankan sholat lalu pergi mengaji ke musholla, tapi sore itu tidak.

Setiap kali selesai waktu isya’Mbok Nah terkadang menunggui dan menjemputnya pulang. Walau Mbok Nah telah ringkih tapi tidak  menyurutkan semangatnya untuk tetap setia menjemputnya dari acara mengaji. Hanya Qohar satu-satunya pengganti suami dan anak-anaknya untuk tempat berbagi dan bercengkerama.

            Menjelang petang Mbok Nah duduk di teras depan dengan tatapan mata kosong, hatinya bergejolak dan bertanya-tanya lalu mencoba mengingat perkataannya tempo hari. Mungkinkah perkataannya sanggup membuat hati Qohar yang masih bening sebening embun di pagi hari itu terluka?    

            Kembali Mbok Nah merenungi nasib dan perjalanan hidup cucu satu-satunya itu. Sejak kecil tumbuh dan berkembang tanpa asuhan kedua orang tua, hanya dirinya satu-satunya orang  yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya dengan berbagai keluh kesahnya. Walau bagaimanapun belaian kasih sayang darinya akan tetap dibutuhkan.      

Adzan maghrib telah berkumandang dengan merdunya, kekhawatiran Mbok Nah akan keberadaan Qohar semakin merapat di benaknya. Perasaan takut menghinggapi pikirannya, menunggu dan terus menunggu hingga gerah lalu kemudian mencoba berikhtiar menanyai para tetangga satu persatu tetapi hasilnya nihil, dari keterangan para tetangga tidak juga ia dapati jawaban pasti mengenai keberadaan dan keadaannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun