Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Lama tidak kunjung kembali Neneknya mulai waswas. Pikiranya mulai dihinggapi perasaan khawatir. Ia menduga mungkin telah terjadi apa-apa pada cucunya. Apalagi setahun yang lalu masih teringat segar dalam ingatannya, wak Aryo tetangganya yang hilang tanpa diketahui sebabnya sewaktu mencari kayu di hutan jati. Hanya sepikul kayu waktu itu yang didapatinya, beberapa hari kemudian baru di temukan jasadnya tanpa kepala. Jasad wak Aryo yang tanpa kepala itu ditemukan tepat di atas tumpukan ranting-ranting kayu jati yang mirip sebuah sarang burung raksasa. Maka tak heran meski tak ada yang menakut-nakuti, rasa khawatir dan takut kehilangan cucu terus menerus membayanginya.

       “Rasanya aku belum siap melepas cucuku. Aku harus tahu keadaannya sebelum semuanya menjadi bubur.” Pikir Mbok Nah dalam hati.

            Dilaluinya setapak demi setapak menuju hutan jati dengan agak tergesa-gesa. Kekhawatiran Mbok Nah semakin bertambah. Didalam hutan itu tak dijumpai sama sekali seorangpun, meski telah menyisirnya hingga ke ujung hutan. Rasa-rasanya tak satupun jalan setapak yang luput dari penyisiran yang dilaluinya. Rasa lelah dan letih tiada lagi terasa, sementara kedua bola matanya tetap memperhatikan sekitar hutan jati tanpa jemu, dari kedua bibirnya yang telah mengerut tidak henti-hentinya mengadu kepada Yang Kuasa.

Yaa Allah Gusti. Dimanakah keberadaan cucuku. Astaghfirullaahal adziim. Ampunilah dosa-dosa hambamu ini Gusti. Hanya kepadamulah ku memohon ampun.

Siang itu kegalauan hatinya ditumpahkan. Ia berjanji untuk selalu ta’at dan senantiasa menjauhi larangan-larangannya.

Ya Allah Yaa Rabbi, jika engkau kembalikan cucuku akan ku tambah ketaatanku padamu Ya Allah. Menaati perintahmu dan menjauhi laranganmu. Ya Allah. Bukakanlah pintu maaf bagi hambamu yang nista ini Yaa Allah.

            Usai mengadu kepada Yang Kuasa Mbok Nah seperti mendapatkan ketenangan. Kalbunya meyakini jika Qohar mungkin telah pulang terlebih dahulu bersama teman-temannya. Dengan berat hati ia langkahkan kakinya pulang kembali menuju sawah tempatnya menyiangi rumput sembari menanti kepulangan cucunya. Siapa tahu Qohar mencarinya, begitu pikirnya dalam hati. Ketika baru melangkahkan kaki beberapa langkah, Mbok Nah seperti melihat seorang kakek berjubah putih tak jauh dari tempatnya berdiri. Awalnya bulu kuduk Mbok Nah merinding begitu melihat seorang kakek berjubah putih tanpa memperlihatkan muka. Hanya terlihat jubah dan punggungnya, namun setelah terlihat menoleh dan menyiratkan senyum rasa takut itu mencair menjadi suasana yang penuh kehangatan. Tanpa sepatah kata terlebih dahulu Kakek berjubah putih itu lalu memberi petuah

 “pulanglah!”. 

            Dalam hati sebenarnya ingin mengutarakan sesuatu hal, tetapi mulutnya seolah terkunci rapat-rapat, terasa berat untuk melafadzkan sebuah kata-kata. Di depan mata kepalanya sendiri kakek berjubah putih itu lalu menghilang sedemikian rupa. Mbok Nah sempat kaget, bathinnya tersentak tetapi tiba-tiba ketenangan seolah mendiami jiwanya.  Akhirnya Mbok Nah pulang dengan memendam beribu tanda tanya. Seakan ia tidak percaya dengan peristiwa itu. Ia seperti berada dalam kisaran dunia mimpi, padahal mestinya ia tidak perlu takut meski hanya menanyakan sesuatu.

            Di teras rumah Mbok Nah mendapati Qohar tengah menenteng sepiring nasi lengkap dengan lauk beserta lalapannya. Dengan nada menggerutu Mbok Nah ngomel dari kamarnya sembari melepas satu per satu bajunya. Hendak mandi untuk sekedar melepas panas dan gerah.

“Masih ingat nasi.”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun