Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Apanya cucuku?” Kali ini pertanyaannya semakin bertambah geram.

“Kelihatan matanya.” Jawabnya kemudian dengan nada santai.

“Ooo…dassar bodoh!” Dimuntahkannya rasa kesal itu lalu tersenyum cukup lama.

Mbok Nah hanya bisa menelan ludah, berusaha menyimpan kekesalannya. Sementara itu Qohar diam sejenak seperti patung sembari meringis manja. Sebuah kemenangan telah diraihnya, satu upaya untuk menunjukkan jati dirinya sebagai cucu seorang Mbok Nah. Perempuan tahan banting yang senantiasa menantang takdir dan tidak ingin menyerah kepada nasib. Demikian siang itu Qohar tiba-tiba seperti menemukan senjata super mujarab untuk mengalahkan neneknya. Mbok Nah sendiri mengakui kekalahannya, ia kesulitan mencari kata-kata ampuh untuk mengimbangi atau bahkan mengalahkan kata-kata cucunya. Betapapun akhirnya Mbok Nah berhenti pada satu titik sebuah kepuasan meski terasa menjengkelkan.   

Surprise

Malam ini Kutemukan sebuah kado

Kujumpai sandiwara kecil menghiasi bumi

Air laut bergulung setinggi pohonan

Menyapu daratan

Gunung-gunung beterbangan seperti kapas

Lautan manusia mengambang diliputi ketakutan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun