“Apanya cucuku?” Kali ini pertanyaannya semakin bertambah geram.
“Kelihatan matanya.” Jawabnya kemudian dengan nada santai.
“Ooo…dassar bodoh!” Dimuntahkannya rasa kesal itu lalu tersenyum cukup lama.
Mbok Nah hanya bisa menelan ludah, berusaha menyimpan kekesalannya. Sementara itu Qohar diam sejenak seperti patung sembari meringis manja. Sebuah kemenangan telah diraihnya, satu upaya untuk menunjukkan jati dirinya sebagai cucu seorang Mbok Nah. Perempuan tahan banting yang senantiasa menantang takdir dan tidak ingin menyerah kepada nasib. Demikian siang itu Qohar tiba-tiba seperti menemukan senjata super mujarab untuk mengalahkan neneknya. Mbok Nah sendiri mengakui kekalahannya, ia kesulitan mencari kata-kata ampuh untuk mengimbangi atau bahkan mengalahkan kata-kata cucunya. Betapapun akhirnya Mbok Nah berhenti pada satu titik sebuah kepuasan meski terasa menjengkelkan.
Surprise
Malam ini Kutemukan sebuah kado
Kujumpai sandiwara kecil menghiasi bumi
Air laut bergulung setinggi pohonan
Menyapu daratan
Gunung-gunung beterbangan seperti kapas
Lautan manusia mengambang diliputi ketakutan
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109