Rasa syukur yang agung kepada Tuhan mampu mengalahkan ego yang seringkali menguasai manusia. Melunakkan sifat syirik, dengki, hasud dan kawanannya. Entah telah berapa kali Mbok Nah menjadi tempat pergunjingan para tetangga dan masyarakat mengenai ulahnya yang dinilai melanggar kaidah hukum agama oleh ibu-ibu pengajian. Seringkali selentingan itu terdengar langsung di telinga Mbok Nah, seringkali pula rasa benci dari sebagian tetangga itu sengaja dihembuskan ke telinga Qohar.
Besok hari senin legi Mbok Nah hampir lupa jika hari itu adalah hari kematian kang Karta. Biasanya di hari itu dibacakan Tahlil, Lantunan Istighfar dan surat-surat pendek serta menyuguhkan bubur merah putih untuk di bacakan do'a-do'a lalu kemudian bubur merah putih itu dibagi-bagikan ke tetangga sekitar dengan harapan orang yang telah meninggal mendapatkan ampunan dan tetap dalam lindungan Allah yang Kuasa. Mbok Nah segera menuju dapur memeriksa bahan-bahan yang kurang. Sesekali tangan kirinya menggaruk-garuk kulit kepala hingga seperti menemukan sesuatu. Persediaan bumbu-bumbu dapur sepertinya telah menipis hanya tinggal beberapa cabe, bawang putih, dan kelapa. Mbok Nah hendak ke kebun mengambil daun pisang, kunyit dan sayur-sayuran beserta bumbu dapur lainnya. Sebelum berangkat dilihatnya Qohar tengah bermain senapan angin didalam kamar.
"Maknyak mau ke kebun. Jaga rumah!" Ujar Mbok Nah sambil menyibak tirai pintu kamarnya.
"Aku ikut Mak!" sahut Qohar manja.
"Kalau ikut jangan lupa tutup pintu!" Kata Mbok Nah berpesan.
Dengan terburu disimpannya Senapan angin itu ke dalam laci dibawah lemari lalu berlari mengejar Mbok Nah.
Di tepi jalan raya mereka berhenti sejenak menunggu jalannya mobil tronton lalu menyeberanginya. Kali ini Mbok Nah tidak langsung menuju ke sawah tetapi menuju sebuah pohon asem jawa yang buahnya lebat tepat ditepi jalan. Mbok Nah mengais sisa-sisa asem tua yang berjatuhan. Dahannya yang rimbun dan bercabang-cabang memudahkan Qohar untuk segera memanjat pohon tersebut.
Dipetiknya beberapa dompolan buah asem yang tengah masak, pikir Qohar dengan mengambil langsung di dahan dan ranting neneknya tidak perlu susah-susah untuk memulung yang tercecer di tanah. Tanpa diduga sebelumnya sedompol buah asem yang tengah masak yang baru dipetiknya itu jatuh mengenai kepala Mbok Nah. Tetapi tidak menimbulkan rasa sakit.
"Aduh!! " Ujar Mbok Nah spontan setelah buah asem jatuh mengenai kepalanya.
" Tidak apa-apa kan Mak?"
" Iya, tidak apa-apa."
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109