Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Usai berdo'a lalu ke dapur hendak makan malam dengan gulai Kambing. Tak lupa didalam hatinya mengucap syukur atas rizki dan nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya. Kenikmatan dunia kini telah dicecapnya. Ia selalu bersyukur jika teringat bagaimana zaman peperangan dahulu harus hidup diantara dentuman bom dan peluru. Jiwa tergoncang, dihantui rasa takut dan penuh ancaman. Makan sehari sekali dengan perut keroncongan di sore hari telah biasa.

            Selesai menyantap makan malam ia lalu menghampiri Qohar yang tengah terlelap. Diusapnya keningnya berulang-ulang lalu diciumi keningnya. Sebuah ungkapan rasa cinta yang tulus dari seorang nenek kepada cucu satu-satunya. Seperti dalam sebuah Syair.

Tahukah kamu ku ciumimu disaat kamu terlelap.  

Tahukah kamu ku dekap kamu disaat kamu termimpi.

Tahukah kamu nggak cuma kamu pemilik hatiku.

Tahukah kamu hatiku ini adalah hatimu.

Tahukah kamu disetiap hidupku ku kagumi wajahmu.

Nanti kau kan tahu

Nanti kau kan dengar bahwa aku begitu.

Kamu-kamu adalah surga yang ada.

Dalam hidupku dalam kenyataanku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun