Maqoomam Mahmuuda
Semburat cahaya emas mulai tampak diantara ranting pepohonan, pertanda fajar akan segera menyingsing. Bulan yang bertengger dibalik awan pun kian meredup. Tak kasat mata mentari diujung timur tiba-tiba terlihat merah menyala. Titik-titik embun yang begitu jernih masih setia bergelayut dipucuk-pucuk daun. Sementara itu sekumpulan ayam mulai keluar begitu pintu dapur dibuka. Mencari sesuatu untuk mengisi temboloknya disekitar pekarangan.
Pagi itu Mbok Nah pergi ke sawah, di rumah tinggal Qohar seorang yang masih tidur. begitu terbangun Qohar lalu berwudlu kemudian melaksanakan sholat shubuh, berdzikir beberapa saat dan diakhiri do'a sapu jagat yang senantiasa diajarkan Mbok Nah saban hari.
Ia menyusul Mbok Nah tanpa sarapan terlebih dahulu. Cukup hanya minum dua gelas air putih. Ia mengira nantinya akan pulang pagi-pagi seperti kemarin. Letak sawahnya yang jauh dari perkampungan tak mematahkan semangatnya untuk tetap menyusul neneknya. Di tengah perjalanan ia merasakan capek. dulu jika dirinya merasa lelah ada yang mau menggendongnya, tapi kali ini tak ada yang dimintai untuk menggendong. Ia lalu istirahat sejenak di bawah pohon asem di tepi jalan. Dari kejauhan ia melihat segerombolan perangkat desa sedang mengukur sawah. Biasanya orang-orang penting macam perangkat desa membawa serta makanan dan buah-buahan.
Para perangkat desa tengah menikmati hidangan. sekitar satu jam kemudian mereka kembali mengukur Sawah. persawahannya begitu luas dihiasi rimbunnya pohon tebu, maka apabila sisa-sisa makanan itu dimakan tidak akan ada yang tahu kecuali yang kuasa. Qohar dengan sigap merayap menuju letak makanan dan buah-buahan itu berada. Dengan tenang ia melahap sebahagian. Makanan-makanan itu sengaja ditinggal para perangkat desa, lalu mereka kembali membagi tugas mengukur persawahan.
Sesampainya di dekat persawahan ia melihat neneknya tengah membungkuk menyiangi rumput sambil sesekali berdiri membuang kumpulan rumput sembari menghilangkan rasa pegal-pegal. Sawah Mbok Nah yang hanya tinggal beberapa petak sengaja ditanami berbagai macam tanaman.
Dengan mengendap-endap dibawah pohon ketela, Qohar mencoba untuk mengelabuhi Mbok Nah dan membuatnya kaget. Tetapi hari itu agaknya nasib baik tidak memihak padanya. Sebelum rencana miringnya itu terlaksana, Mbok Nah terlebih dahulu tahu rencana cucu kesayangannya ini, karena hampir tiap hari ia dibuatnya kaget.
Sambil membungkuk menyiangi rumput Mbok Nah melirik cucunya. Sementara Qohar dengan sigap menghela nafas panjang-panjang hingga kemudian memuntahkan suara sekeras-kerasnya
"Darrr !!!"
Seketika itu juga Mbok Nah terjatuh pingsan. Kali ini Mbok Nah mencoba membalas kenakalan Qohar. Dengan berpura-pura pingsan didepannya.
"Mak ! Maknyak kenapa ? bangun Mak!" Qohar membangunkannya dengan penuh ketakutan. Ia tiba-tiba begitu khawatir dengan keadaan neneknya.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109