Mohon tunggu...
Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

13 Oktober 2016   07:21 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para tetangga sawah yang menunggui padi telah pulang. Iapun demikian akan segera pulang, tetapi ketika mengambil bakulnya di gubuk ia teringat sesuatu, rupanya ia mendapat pesanan dari Bu Maryam berupa daun singkong dan daun lembayung masing-masing dua puluh ikat. Niatan pulang diurungkan, diambilnya pisau yang terselip di gubuk untuk memanen sayuran.

Peristiwa balai desa telah berlalu. Memori itu kian menghilang dari ingatannya. Sementara itu diluar sana, dirinya mulai diperbincangkan banyak orang. Menjadi bahan pemberitaan di beberapa televisi nasional karena kegigihannya dalam mengkritisi pemerintah desa Rakusan. Sejumlah media massa, online dan televisi nasional berebut informasi mengenai siapa jatidiri Mbok Nah dan sepak terjang kehidupannya.

Sore itu mendadak halaman rumahnya penuh dengan mobil wartawan dan reporter. Kali ini Mbok Nah benar-benar terpukul dan menjadi semakin was-was, ia khawatir jika peristiwa minggu lalu terulang kembali.

Tak ingin menanggung resiko untuk yang kesekian kali iapun menutup rapat-rapat pintu rumahnya. Detik demi detik, menit demi menit Mbok Nah dan Qohar tidak kunjung keluar dari rumah. Sebagian para wartawan dan reporter lebih memilih kembali dengan tangan hampa tanpa mendapat informasi satupun darinya. Sebagian lagi lebih memilih tetap bertahan menunggu dan tetap menunggu. Salah satu wartawan yang masih tetap bertahan itu adalah pak Nugroho, pemilik salah satu media massa nasional yang berkantor di Jakarta. Satu hari, dua hari sampai tiga hari lamanya Mbok Nah dan Qohar bertahan di dalam rumah. Sore itu dihari ke empat Pak Amin Ong datang menemui Mbok Nah untuk meluruskan informasi yang kadung beredar di masyarakat, serta meminta kesediaanya untuk datang dalam sebuah acara di Ibukota. Pak Amin Ong menuai kekecewaan karena tidak ada jawaban dari Mbok Nah.

Sekitar pukul dua siang Qohar menyusup keluar dari jendela dapur pada saat Mbok Nah tengah tertidur. Sebagai anak kecil dengan dunianya yang masih liar, ia mencoba melawan dengan mencuri-curi kesempatan. Tetapi aksi nekatnya itu ternyata diketahui banyak orang, pasang-pasang kamera bersiaga memantau keadaan di sekitar rumahnya. Mengetahui ada beberapa orang yang melihatnya iapun bergegas ke belakang rumah menuju kesebuah kebun, namun lagi-lagi salah seorang wartawan mengejarnya sampai dapat.

“Kenapa kamu lari? Ada apa sebenarnya?” Tanya seorang wartawan berseragam hitam dan berkacamata sambil menarik lengan bajunya.

“Tidak ada apa-apa, saya hanya ingin jajan ke warung.” Jawabnya menutupi alasan yang sebenarnya, karena bosan di dalam rumah.

“Adik belum makan?” Tanya wartawan perempuan yang memakai batik dan kalung etnik.

“Belum.” Jawab Qohar sekenanya.

“Ya sudah ayo ikut kami, kita makan bersama.” Ajaknya pada Qohar.

Salah satu kru reporter lalu mengajaknya masuk kedalam sebuah mobil lalu menawarkan beberapa cemilan makanan ringan. Sejurus kemudian para wartawan dan reporter mengerubunginya, termasuk pak Amin Ong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun