Catatan : Syaiful Hadi JL
Salju turun di Wih Ilang. Suhu di kawasan pada ketinggian 1.500 mdpl itu memang lebih dingin dari biasanya. Diperkirakan, suhu mencapai dibawah 12 derajat celcius itu menjadikan daun kopi seakan hangus terbakar. Salju turun hanya beberapa hari, namun petani sudah merasakan akibatnya. Daun kopi meranggas dan diikuti bunga kopi yang rontok.
Fenomena salju menjadi peristiwa penting akhir-akhir ini. Dibeberapa belahan dunia, fenomena salju menjadi diskusi panjang. Siapa yang menyangka di jazirah Arab yang tandus dan panas, salju pun turun. Badai Alexa yang membawa salju menimpa wilayah Teluk, seperti Mesir, Lebanon, Suriah, Palestina dan Jordania. Bahkan Arab Saudi yang kering dan jarang hujan, mengalami banjir rob dan disusul turunnya salju di kawasan kota Hail dan kota Tabuk.
Salju dan Rob yang jatuh di jazirah Arab memberi isyarat bahwa usia dunia ini sesungguhnya sudah sangat tua. Mengutip satu Hadis Rasulullah, “Hari Akhir tidak akan datang kepada kita sampai dataran Arab sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai” (HR Muslim)“ Adakah tanah Arab akan kembali menjadi padang rumput dan mengalir sungai-sungai seperti pada jaman es ?
Menurut ahli geologi, selama Era Salju (Snow Age I) dataran Arab dipenuhi dengan kebun-kebun yang subur dan sunga-sungai yang mengalir, secara kasat mata keadaan tersebut dapat dibuktikan, banyaknya sumber minyak di arab yang merupakan sisa2 karbon hutan belantara. Kemudian Kutub Utara icebergs perlahan-lahan bergerak ke arah selatan sehingga relatif berdekatan dengan Semenanjung Arab. Pada saat itu iklim dataran Arab berubah dan menjadi salah satu daerah yang paling subur dan hijau di muka bumi. Ini merupakan fakta sains yang sudah banyak dikemukakan ilmuwan.
Dilakukan penelitian di Rub’ul Khali, sebuah area ratusan kilometer yang merupakan hamparan padang pasir di Jazirah Arab, menemukan jejak hutan lebat dan padang rumput sepanjang ribuan meter. Mereka menyimpulkan “Daerah ini pernah ditutupi oleh sungai dan danau air tawar, tanaman dan rumput, dan bahwa daerah ini melewati musim seperti yang dialami di Eropa pada hari ini”.
Kemudian, Dr Mc Clure menyebutkan penemuan sejumlah gigi kuda nil dalam kondisi yang masih baik, menemukan banyak jejak binatang sungai dan hewan seperti unta, domba dan rusa yang pada zaman itu merumput disana. Hal ini telah disabdakan nabi ribuan tahun lalu, dan salju merupakan sumber dari mata air dan sungai
Adakah fenomena turunnya salju sebagai isyarat dekatnya hari qiamat ?, hanya ALLAH yang tau. Namun, para geolog menyebutkan bahwa fenomena dari anomali alam itu adalah gambaran tidak seimbangnya antara ketersediaan sumber daya alam dengan dengan kebutuhan ummat manusia. Akibatnya, eksploitasi yang dilakukan secara besar-besaran menimbulkan kerusakan sumber daya alam dibanyak belahan bumi.
Turunnya, Salju di Wih Ilang, Pegasing, Aceh Tegah dan fenomena yang sama di beberapa lokasi di Bener Meriah, bisa ditafsirkan sebagai sebuah peristiwa alam yang biasa karena suhu yang dingin dan kemudian secara imliah dapat dibuktikan bahwa salju telah merusak tanaman, khususnya kopi. Tapi bisa juga ditafsirkan, bahwa turunnya salju di Wih Ilang adalah sebuah isyarat agar (peringatan dari ALLAH) untuk dijadikan pelajaran.
Tapi sesungguhnya, fenomena salju – di jazirah Arab atau pun di Wih Ilang – harus menjadi iktibar, jadi pelajaran. Masalah ekosistem, keseimbangan lingkungan, haruslah menjadi perhatian semua pihak. Mulai pemerintah sampai petani harus peduli dengan kondisi lingkungan di kawasan itu. Pastilah, kerusakan lingkungan yang semakin parah memberi pengaruh yang sangat besar kepada kualitas kopi yang dihasilkan.
Bila saat ini, Kopi Gayo, memiliki nama yang bagus dibursa kopi internasional karena mutu dan aromanya yang khas, bisa akan tinggal kenangan dalam sepuluh atau dua puluh tahun mendatang. Karena sesungguhnya kualitas kopi yang dihasilkan hari ini ( apa pun jenisnya, robusta dan Arabica) sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan dan pengelolaannya oleh petani. Lingkungan yang baik dan pengelolaan yang benar akan menjadi garansi bagi terjaganya kualitas Kopi Gayo.
Dari beberapa sumber pemerhati lingkungan di Gayo, sesungguhynya, saat ini ancaman terhadap kualitas kopi Gayo sudah mulai dirasakan. Biji kopi yang dihasilkan hari ini sesungguhnya sudah mulai mengalami penurunan mutu bila dibandingkan dengan kopi 10 atau 20 tahun lalu. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi 10 atau 20 tahun mendatang.
Keprihatinan para pemerhati lingkungan itu jangan cuma dianggap angin lalu. Perambahan hutan yang terus terjadi disamping untuk perluasan kebun harus dihentikan segera ! Pemerintah daerah tidak boleh memberi toleransi terhadap perusakan hutan. Regulasi terhadap aturan penyelamatan hutan harus dilakukan. Perluasan lahan perkebunan harus diganti dengan pola intensifikasi tanaman. Penindakan hokum harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bila tidak, maka Aceh Tengah dan Benar Meriah yang subuh akan berubah menjadi kawasan yang kerontang.
Hari ini pun, kita sudah mulai merusakan dimana aliran sungai mulai menyusut, suhu mulai panas dan kemarau semakin panjang. Rusaknya hutan akan merusak sumber mata air dan air sebagai sumber kehidupan satu saat akan menjadi sumber alam yang semakin sulit dicari.
Turunnya salju, telah memberi isyarat bahwa alam telah mulai berubah. Salju tidak hanya (akan) merusak satu atau puluhan hektar tanaman kopi tapi bisa lebih luas. Bila hari ini salju, mungkin besok atau lusa ALLAH akan mengirim isyarat yang lain. Allah-lah yang tahu.
"Al-Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Quran setelah beberapa waktu lagi" (QS. Shad :87-88).
Jangan kerusakan yang terjadi semakin parah dan tidak bisa lagi diperbaiki
Munitipi parang mupolok, Menyodori time murebek
Mari kita simak isyarat itu dan jadikanlah pelajaran atasnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H