Mohon tunggu...
Syaiful Bahri
Syaiful Bahri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nasionalis religius,suka damai,memilih memberi karya daripada memberi janji, memotivasi dengan mengasah hati dan empati.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Mencari Presiden Petugas Rakyat

14 Juli 2018   06:17 Diperbarui: 14 Juli 2018   07:11 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ganti Presiden adalah pilihan. Enggak usah pake ribut atau rusuh-rusuhan. Apalagi unjuk kekuatan. Dan pamer kekuasaan. Untuk halangi pilihan. Sudah tidak zaman. Main keroyokan dalam banyak peran. Hanya untuk jabatan.

Rakyat punya suara. Satu suara sah tanpa rupiah adalah harga diri manusia mulia, yang tak mau dibayar dengah murah. Di bilik suara.

Ada yang bilang padaku, ongkos dalam setiap pemilihan kepala daerah sangat mahal, Sementara hasilnya? Sering berakhir dibalik terali besi. Banyak kepala daerah yang tertangkap oleh KPK dalam kasus-kasus korupsi. Pun pemilihan Presiden dibutuhkan ongkos yang juga sangat besar. Dan hasilnya, Apakah  rakyat bertambah sejahtera? Apakah Rakyat yang memilih presidennya gembira dan bahagia?

Setelah Pilkada dan pemilu berakhir, apakah nasib rakyat yang memilih langsung berubah? Entahlah aku tak mampu menjawabnya, yang aku tahu mereka masih tetap dengan profesinya semula. Mereka terus bergulat untuk menyambung hidupnya, memenuhi kebutuhan anak, istri dan keluarganya. Membiayai sekolahnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Mereka yang dulu sangat mendukung pilihannya. Tetap biasa saja, hidupnya tidak berubah. Lalu kemana suara mereka?

Fakta tentang kemiskinan itu sangat banyak. Lihat saja di beberapa acara televisi. Banyak orang-orang miskin yang menjadi target dalam acara infotainment. Dibalut dengan cerita dan menjual airmata mereka. Dimana orang-orang yang telah mereka pilih? Apakah mereka tidak melihat itu? Masih banyak orang-orang yang nasibnya sama seperti mereka. Tapi masa Pilkada dan Pemilu telah usai, mereka kembali dilupakan.

Banyak janji yang tak pernah sampai. Suara mereka hanya untuk meraih kemenangan. Demi seputaran kepentingan kelompok dan golongan. Dan upaya untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Sang pemilik suara pun hanya dijadikan sebagai alat permainan untuk meraih kedudukan dan kekuasaan.

Rakyat punya suara. Mereka berhak memilih presidennya. Yang akan memimpin mereka. Yang mendengar keluh kesah mereka. Yang menyayangi mereka.

Presiden adalah kepala negara yang dapat mereka tegur bila salah. Yang mau mendengar nasehat mereka. Dan yang menjalankan amanat dari mereka. Presiden adalah kepala pemerintahan yang kebijakannya harus sejalan dengan keinginan dan kebutuhan rakyatnya.

Presiden adalah petugas rakyat yang wajib menjalankan undang-undang sesuai dengan yang diamanatkan oleh rakyat. Untuk memberikan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat. Bukan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi partai-partai pengusungnya.

Siapakah presiden petugas rakyat itu?

Kalau petugas partai adalah perpanjangan tangan dari partai, maka petugas rakyat adalah perpanjangan tangan dari rakyat. Walau pun presiden diusung oleh partai-partai, karena sistim politik dan undang-undang mengatur seperti itu. Tapi presiden terpilih haruslah tunduk dan patuh pada undang-undang dan lebih mengedepankan kepentingan rakyat. Bukan kepentingan dari partai pengusungnya. Terlebih para ketua umum partai.

Presiden petugas rakyat harus menjamin rasa aman, rasa adil, bagi semua rakyatnya. Tidak ada pengelompokan maupun golongan. Semua rakyat harus mendapat perhatian yang sama. Tidak memandang pada suku, ras, golongan maupun pada agama tertentu.

Presiden sebagai petugas rakyat haruslah orang yang beragama. Yang mampu membedakan benar dan salah. Baik dan buruk demi kemaslahatan dan kepentingan bangsa. Dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan.

Presiden sebagai petugas rakyat adalah orang yang tidak takut pada tekanan, baik individu, kelompok, partai maupun tekanan global dari negara luar yang tidak membawa kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Hiruk pikuk pemilihan presiden sudah mulai santer di negeri ini. Setiap orang disudut tempat membicarakan calon dan jagoannya. Ragam media ramai mempublikasikan. Kasak kusuk partai mencari sekutu dalam berkoalisi. Semua sibuk dengan kepentingannya.

Ingat! Jangan lupakan rakyat yang akan memilih mereka. Siapapun yang  menjadi presiden, jangan lagi ada klaim bahwa presiden itu sebagai petugas partai. Presiden adalah untuk semua anak bangsa. Untuk Indonesia.

Apapun warna partaimu. Siapapun pilihanmu. Bila rakyat telah bersuara, itu adalah suara Tuhan. Jika keinginan rakyat sejalan dengan kehendak Tuhan, Maka Presiden terpilih wajib kita dukung.

Wassalam

Syaiful Bahri

Suara Menara Qalbu (SMQ) : 12/07/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun