Dalam lanskap ekonomi yang terus berkembang, istilah "industri sunrise" dan "industri sunset" sering digunakan untuk menggambarkan fase pertumbuhan atau penurunan suatu sektor. Industri sunrise merujuk pada sektor yang sedang mengalami pertumbuhan pesat dan memiliki prospek cerah di masa depan, sementara industri sunset mengacu pada sektor yang mengalami penurunan dan mungkin menuju keusangan. Namun, pertanyaan yang muncul adalah: apakah sebuah industri yang saat ini dianggap sunrise akan tetap berada dalam fase tersebut, ataukah ada kemungkinan pergeseran yang mengubah statusnya?
Dinamika Industri Sunrise
Industri yang dikategorikan sebagai sunrise biasanya ditandai dengan inovasi teknologi, permintaan pasar yang meningkat, dan potensi pertumbuhan yang signifikan. Contohnya, pada awal 2010-an, industri media sosial mengalami lonjakan pertumbuhan dengan munculnya platform seperti Facebook dan Twitter. Demikian pula, saat ini, industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia menunjukkan tanda-tanda sebagai industri sunrise. Pemerintah Indonesia telah menetapkan peta jalan pengembangan EV hingga 2030, dengan target produksi mencapai 600 ribu unit untuk kendaraan roda empat atau lebih, dan 2,45 juta unit untuk roda dua. Investasi signifikan dari produsen global, seperti rencana BYD untuk menyelesaikan pabrik senilai $1 miliar di Subang pada akhir 2025, semakin memperkuat posisi industri ini.Â
Faktor Penentu Keberlanjutan Status Sunrise
Meskipun sebuah industri mungkin saat ini berada dalam fase sunrise, beberapa faktor dapat mempengaruhi keberlanjutan status tersebut:
Inovasi Berkelanjutan: Kemampuan industri untuk terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi dan preferensi konsumen sangat penting. Industri yang stagnan dalam inovasi berisiko mengalami penurunan permintaan.
Kebijakan Pemerintah: Dukungan regulasi dan insentif dari pemerintah dapat mendorong pertumbuhan industri. Sebaliknya, kebijakan yang tidak mendukung atau perubahan regulasi yang tiba-tiba dapat menghambat perkembangan.
Dinamika Pasar Global: Perubahan dalam permintaan global, persaingan internasional, dan rantai pasok dapat mempengaruhi prospek industri. Misalnya, ketergantungan pada bahan baku impor dapat menjadi risiko jika terjadi gangguan pasokan.
Kesadaran Lingkungan dan Sosial: Industri yang tidak memperhatikan aspek keberlanjutan dan tanggung jawab sosial mungkin menghadapi resistensi dari konsumen yang semakin sadar akan isu-isu tersebut.
Kasus Industri Tekstil di Indonesia
Industri tekstil di Indonesia pernah menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan seperti persaingan global, perubahan tren mode, dan isu keberlanjutan membuat industri ini menghadapi tekanan. Beberapa pihak menganggapnya sebagai industri sunset. Namun, dengan inovasi seperti produksi benang ramah lingkungan dan adopsi teknologi Industri 4.0, industri tekstil berupaya mempertahankan relevansinya.Â