Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Akar Masalah Industrialisasi di Indonesia.

29 Januari 2025   09:58 Diperbarui: 29 Januari 2025   09:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Selain kualitas sumber daya manusia, struktur pasar tenaga kerja di Indonesia juga menjadi hambatan bagi pertumbuhan industri. Fleksibilitas tenaga kerja yang rendah, regulasi ketenagakerjaan yang kaku, serta biaya pesangon yang tinggi menjadi faktor yang menyulitkan perusahaan dalam menyesuaikan kapasitas produksi dengan kondisi pasar. Banyak investor asing yang akhirnya memilih untuk memindahkan investasinya ke negara-negara dengan regulasi tenaga kerja yang lebih fleksibel seperti Vietnam dan India.

Di samping itu, ketimpangan antara tenaga kerja formal dan informal di Indonesia semakin memperburuk masalah ketenagakerjaan dalam industri. Banyak pekerja sektor informal yang tidak mendapatkan perlindungan sosial dan akses pelatihan yang layak, sehingga sulit untuk meningkatkan daya saing industri dalam jangka panjang.

Ketergantungan pada Bahan Baku Impor dan Rendahnya Hilirisasi Industri

Masalah lainnya yang menjadi akar permasalahan industrialisasi di Indonesia adalah ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor. Banyak industri manufaktur nasional masih bergantung pada impor bahan mentah dan barang setengah jadi, yang membuat biaya produksi menjadi lebih mahal dan rentan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Hal ini diperparah dengan minimnya kebijakan hilirisasi yang efektif untuk mendorong pengolahan bahan mentah dalam negeri.

Sebagai contoh, sektor pertambangan dan perkebunan di Indonesia masih lebih banyak mengekspor bahan mentah daripada mengembangkan industri hilir yang menghasilkan nilai tambah lebih tinggi. Hilirisasi yang terbatas ini menyebabkan Indonesia kehilangan potensi keuntungan ekonomi yang lebih besar serta menciptakan ketidakseimbangan dalam struktur industri nasional.

Solusi Transformasional untuk Industrialisasi yang Berkelanjutan

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, industrialisasi di Indonesia harus diarahkan pada pendekatan transformasional yang melibatkan kebijakan yang lebih terintegrasi dan berorientasi jangka panjang. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Reformasi Kebijakan Industri: Pemerintah perlu merumuskan kebijakan industri yang lebih konsisten dan berkelanjutan, termasuk harmonisasi regulasi yang mendukung investasi jangka panjang serta insentif yang lebih tepat sasaran bagi industri kecil dan menengah.
  2. Peningkatan Infrastruktur dan Konektivitas: Investasi dalam infrastruktur logistik, energi, dan komunikasi harus menjadi prioritas utama untuk meningkatkan daya saing industri nasional. Pemerataan pembangunan infrastruktur ke luar Jawa juga harus dilakukan guna mengurangi ketimpangan regional.
  3. Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja: Penguatan pendidikan vokasi dan pelatihan industri berbasis kebutuhan pasar kerja harus menjadi fokus utama dalam pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif.
  4. Reformasi Pasar Tenaga Kerja: Perlu adanya fleksibilitas dalam regulasi ketenagakerjaan guna menciptakan pasar tenaga kerja yang lebih adaptif terhadap perubahan industri.
  5. Penguatan Hilirisasi dan Kemandirian Industri: Indonesia harus mendorong kebijakan hilirisasi yang lebih agresif untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor serta meningkatkan nilai tambah dari sektor industri.

Dengan pendekatan yang lebih sistematis dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara industri yang kompetitif di kancah global. Namun, hal ini memerlukan komitmen kuat dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat secara keseluruhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun