Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pengangguran ; Adakah Pengaruh Digitalisasi?

24 Januari 2025   19:16 Diperbarui: 24 Januari 2025   19:16 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Digitalisasi telah menjadi salah satu fenomena paling transformatif di era Revolusi Industri 4.0. Perubahan ini membawa inovasi yang signifikan pada cara manusia bekerja, berinteraksi, dan menghasilkan nilai ekonomi. Namun, di balik peluang besar yang ditawarkan, digitalisasi juga memunculkan tantangan serius, salah satunya adalah dampaknya terhadap pengangguran. Digitalisasi memiliki daya untuk menciptakan dan menghancurkan pekerjaan sekaligus, sehingga menjadi isu krusial dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Transformasi Pasar Tenaga Kerja Akibat Digitalisasi

Digitalisasi membawa perubahan mendasar pada struktur pasar tenaga kerja. Teknologi otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan robotika telah menggantikan pekerjaan manual dan rutin di berbagai sektor. Sebagai contoh, sektor manufaktur kini mengandalkan sistem produksi otomatis yang lebih efisien, sehingga mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia untuk tugas-tugas sederhana.

Namun, tidak semua pekerjaan terdampak secara merugikan. Teknologi juga menciptakan peluang kerja baru, terutama di bidang-bidang seperti pengembangan perangkat lunak, analitik data, keamanan siber, dan ekonomi digital. Profesi-profesi ini membutuhkan keterampilan yang lebih kompleks dan spesifik, yang sering kali belum dimiliki oleh sebagian besar tenaga kerja.

Fenomena Skill Gap dan Tantangan Pendidikan

Salah satu tantangan utama dari digitalisasi adalah kesenjangan keterampilan atau skill gap. Perusahaan membutuhkan pekerja yang mampu menguasai teknologi digital, tetapi sistem pendidikan dan pelatihan tenaga kerja sering kali belum mampu mengikuti perkembangan tersebut. Akibatnya, banyak individu tidak dapat bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif.

Di Indonesia, tantangan ini semakin kompleks karena kesenjangan pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Wilayah dengan akses pendidikan dan infrastruktur teknologi yang terbatas cenderung lebih tertinggal dalam adaptasi terhadap perubahan pasar tenaga kerja.

Menurut laporan McKinsey Global Institute (2020), sekitar 23 juta pekerjaan di Indonesia berisiko digantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030. Namun, laporan yang sama juga menyebutkan bahwa digitalisasi dapat menciptakan 27-46 juta pekerjaan baru jika tenaga kerja Indonesia dapat beradaptasi dengan perubahan.

Pengaruh Digitalisasi terhadap Pengangguran

Digitalisasi memberikan dampak yang beragam terhadap pengangguran:

  1. Pengangguran Struktural
    Digitalisasi menyebabkan pergeseran permintaan keterampilan, di mana pekerjaan dengan keterampilan rendah dan tugas rutin menjadi yang paling rentan tergantikan. Hal ini menciptakan pengangguran struktural, di mana pekerja kehilangan pekerjaan karena keterampilan mereka tidak relevan dengan kebutuhan pasar.
  2. Penciptaan Pekerjaan Baru
    Meskipun menghilangkan beberapa jenis pekerjaan, digitalisasi juga mendorong terciptanya pekerjaan baru yang lebih bernilai tambah. Sebagai contoh, e-commerce telah membuka peluang kerja di bidang logistik, pemasaran digital, dan pengelolaan platform teknologi.
  3. Perubahan Pola Kerja
    Revolusi Industri 4.0 telah mempopulerkan model kerja berbasis gig economy, di mana tenaga kerja bekerja secara fleksibel melalui platform digital. Meskipun memberikan kebebasan bagi pekerja, model ini juga memunculkan tantangan terkait perlindungan sosial dan stabilitas pendapatan.
  4. Pengangguran Friksional
    Digitalisasi mempercepat perubahan di pasar tenaga kerja, sehingga menciptakan pengangguran friksional---yaitu pengangguran sementara saat pekerja mencari pekerjaan baru yang lebih sesuai dengan keterampilan mereka.

Strategi Mengurangi Dampak Negatif Digitalisasi terhadap Pengangguran

Mengelola dampak digitalisasi terhadap pengangguran membutuhkan pendekatan yang strategis dan inklusif. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Reformasi Sistem Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan harus menjadi prioritas utama dalam menghadapi era digital. Kurikulum pendidikan perlu diperbarui untuk mencakup keterampilan abad ke-21, seperti pemrograman, analitik data, dan pemecahan masalah kompleks. Selain itu, program pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) bagi pekerja yang terdampak digitalisasi harus diperluas.

2. Dukungan bagi Wirausaha Digital

Digitalisasi membuka peluang besar untuk menciptakan wirausaha baru di sektor ekonomi digital. Pemerintah dapat memberikan dukungan berupa akses modal, pelatihan bisnis, dan insentif pajak bagi para pelaku usaha digital. Langkah ini tidak hanya mengurangi pengangguran, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi.

3. Peningkatan Infrastruktur Digital

Pembangunan infrastruktur digital yang merata, terutama di wilayah pedesaan, sangat penting untuk memastikan inklusi ekonomi. Akses internet yang cepat dan terjangkau akan membuka peluang bagi masyarakat di daerah terpencil untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital.

4. Kebijakan Perlindungan Sosial yang Adaptif

Model kerja berbasis gig economy membutuhkan kebijakan perlindungan sosial yang adaptif, seperti jaminan kesehatan, pensiun, dan asuransi pengangguran. Dengan perlindungan yang memadai, pekerja dapat menghadapi ketidakpastian di pasar tenaga kerja digital dengan lebih baik.

5. Kolaborasi Antara Pemerintah, Industri, dan Akademisi

Kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, dan institusi pendidikan tinggi sangat penting untuk mengantisipasi perubahan kebutuhan tenaga kerja. Kemitraan ini dapat mencakup program magang, penelitian bersama, dan pengembangan kurikulum berbasis kebutuhan industri.

Membangun Masa Depan Kerja yang Inklusif

Digitalisasi adalah pedang bermata dua---ia dapat menciptakan peluang baru, tetapi juga menimbulkan risiko jika tidak dikelola dengan baik. Untuk itu, Indonesia perlu membangun ekosistem kerja yang inklusif dan adaptif. Strategi ini harus didukung oleh kebijakan yang memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia, investasi teknologi, dan inklusi digital.

Dengan visi yang jelas dan kolaborasi yang erat di antara semua pemangku kepentingan, Indonesia dapat menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 dengan optimisme. Transformasi yang berpusat pada manusia akan memastikan bahwa digitalisasi tidak hanya menjadi simbol kemajuan teknologi, tetapi juga menjadi jalan menuju kesejahteraan sosial dan ekonomi yang lebih merata.

Melalui pendekatan yang berimbang antara inovasi dan inklusi, Indonesia memiliki peluang untuk mengubah tantangan digitalisasi menjadi batu loncatan menuju masa depan yang lebih cerah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun