Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Overload Informasi

19 Januari 2025   20:34 Diperbarui: 19 Januari 2025   20:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Era digital telah mengubah cara manusia mengakses dan mengelola informasi. Dengan hanya beberapa ketukan jari, berbagai berita, data, dan hiburan dari seluruh dunia dapat diakses dalam sekejap. Meski tampak sebagai kemajuan besar, arus informasi yang begitu melimpah membawa sisi gelap yang sering diabaikan, yakni dampaknya terhadap kesehatan mental. Informasi yang berlebihan bukan hanya mengubah cara berpikir, tetapi juga menimbulkan tekanan psikologis yang signifikan.

Tekanan dari Informasi Tanpa Henti

Digitalisasi menciptakan kondisi di mana kita terus-menerus dihujani informasi, baik yang relevan maupun yang tidak. Media sosial, berita online, notifikasi aplikasi, dan email kerja menciptakan lingkungan yang tidak pernah benar-benar sunyi. Ini memaksa otak untuk terus aktif, tanpa kesempatan untuk beristirahat.

Ketika otak dipaksa untuk memproses informasi secara berlebihan, muncul fenomena yang dikenal sebagai "informasi overload." Ini bukan sekadar kelelahan mental, tetapi kondisi di mana otak menjadi terlalu jenuh untuk memproses dan memahami informasi dengan baik. Akibatnya, kita merasa cemas, kewalahan, dan sulit mengambil keputusan.

Kecemasan Berita dan Media Sosial

Salah satu dampak nyata dari overload informasi adalah peningkatan kecemasan yang dipicu oleh berita. Di era digital, berita tidak hanya lebih cepat tersebar, tetapi juga lebih sensasional untuk menarik perhatian. Headline yang mengkhawatirkan, seperti bencana alam, krisis politik, atau pandemi, terus bermunculan, menciptakan efek kecemasan kolektif.

Di sisi lain, media sosial menambahkan lapisan tekanan sosial. Konten yang menampilkan kesuksesan, gaya hidup mewah, atau standar kecantikan yang tidak realistis sering kali membuat pengguna merasa kurang berharga atau tidak puas dengan hidup mereka sendiri. Fenomena ini dikenal sebagai "social comparison," di mana seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain secara berlebihan, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kepercayaan diri dan kesehatan mental.

Gangguan Fokus dan Produktivitas

Informasi yang berlebihan juga mengganggu kemampuan fokus. Dalam dunia yang penuh dengan notifikasi, manusia semakin sulit berkonsentrasi pada satu tugas. Fenomena ini dikenal sebagai "attention residue," di mana perhatian seseorang terus berpindah dari satu informasi ke informasi lain, tanpa benar-benar menyelesaikan apa yang sedang dikerjakan.

Ketika otak terus-menerus dialihkan, produktivitas menurun, dan stres meningkat. Pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan dalam waktu singkat menjadi lebih lama karena gangguan yang terus datang. Dalam jangka panjang, ini menciptakan rasa frustrasi yang dapat memicu burnout, atau kelelahan fisik dan mental akibat tekanan kerja yang berkepanjangan.

Efek FOMO dan Ketergantungan Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun