Bagi sekolah atau institusi pendidikan di negara berkembang, tantangan ini sangat nyata. Anggaran pendidikan yang terbatas sering kali lebih diprioritaskan untuk kebutuhan mendasar seperti gedung sekolah atau buku pelajaran. Akibatnya, banyak sekolah yang belum siap untuk mengadopsi digitalisasi secara penuh.
Selain itu, bagi keluarga dengan ekonomi terbatas, digitalisasi bisa menjadi beban tambahan. Orang tua harus menyediakan perangkat dan koneksi internet untuk anak-anak mereka, sesuatu yang tidak selalu mudah dilakukan. Dalam kasus tertentu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini membuat anak-anak terpaksa absen dari pendidikan digital.
Kesehatan Mental dan Fisik Siswa
Menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar untuk belajar memiliki konsekuensi negatif, terutama bagi siswa yang masih dalam masa pertumbuhan. Paparan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan penglihatan, postur tubuh yang buruk, dan bahkan kecanduan perangkat elektronik.
Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental siswa juga terpengaruh. Pembelajaran daring seringkali kurang melibatkan aspek sosial yang penting bagi perkembangan emosi anak. Isolasi sosial ini dapat memicu rasa kesepian dan stres, terutama jika siswa merasa kesulitan mengikuti materi tanpa dukungan langsung dari guru atau teman sebaya.
Kualitas Pembelajaran yang Dipertanyakan
Meskipun digitalisasi menawarkan fleksibilitas, banyak yang meragukan apakah sistem ini mampu menghasilkan kualitas pembelajaran yang setara dengan metode konvensional. Siswa seringkali menghadapi tantangan dalam mempertahankan fokus selama kelas daring, terutama jika lingkungan belajar di rumah tidak mendukung.
Selain itu, tidak semua guru siap mengadopsi teknologi dalam proses pembelajaran. Kurangnya pelatihan dan adaptasi membuat banyak guru kesulitan memanfaatkan platform digital secara efektif. Akibatnya, digitalisasi justru berpotensi menurunkan kualitas pembelajaran jika tidak didukung oleh keterampilan dan pemahaman yang memadai dari pihak pengajar.
Etika dan Keamanan Data
Dalam era digital, data siswa menjadi aset berharga yang seringkali dikumpulkan oleh perusahaan penyedia platform pendidikan. Sayangnya, tidak semua institusi memiliki kebijakan yang jelas terkait perlindungan data siswa. Dalam beberapa kasus, data pribadi siswa digunakan untuk tujuan komersial tanpa persetujuan yang jelas.
Etika dalam pengelolaan data pendidikan harus menjadi perhatian utama. Jika tidak diatur dengan baik, digitalisasi pendidikan dapat membuka celah bagi eksploitasi data yang merugikan siswa dan keluarga mereka.