Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pemilihan oleh DPRD dan Dinamika Sosial di Daerah.

11 Januari 2025   04:56 Diperbarui: 11 Januari 2025   04:56 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem demokrasi di Indonesia. Sejak diberlakukannya pemilihan langsung oleh rakyat pada tahun 2005, Pilkada telah menjadi sarana untuk mendekatkan pemimpin daerah dengan masyarakatnya. Namun, diskursus mengenai mekanisme pemilihan ini kembali mencuat ketika opsi pengembalian pemilihan kepala daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menjadi bahan perdebatan. Usulan tersebut tidak hanya membawa implikasi politik, tetapi juga berdampak pada dinamika sosial di daerah.

Sejarah dan Landasan Pemilihan oleh DPRD

Sebelum era reformasi, pemilihan kepala daerah dilakukan oleh DPRD. Sistem ini dianggap lebih sederhana dan efisien karena prosesnya tidak memerlukan partisipasi langsung dari masyarakat. Dalam sistem tersebut, kepala daerah dipilih berdasarkan musyawarah dan mufakat, atau melalui mekanisme voting di kalangan anggota DPRD. Namun, sistem ini menuai kritik karena dianggap tidak transparan dan rentan terhadap praktik politik transaksional.

Ketika reformasi membuka jalan bagi demokrasi yang lebih inklusif, pemilihan langsung oleh rakyat diperkenalkan sebagai bentuk penyegaran dalam tata kelola politik. Pemilihan langsung diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pemimpin daerah dan memperkuat legitimasi politik mereka. Akan tetapi, setelah hampir dua dekade berjalan, sejumlah kalangan mulai mempertanyakan efektivitas sistem ini. Isu biaya politik yang tinggi, polarisasi sosial, dan maraknya politik uang menjadi alasan utama di balik wacana pengembalian pemilihan kepada DPRD.

Argumen Mendukung Pemilihan oleh DPRD

Pendukung sistem pemilihan oleh DPRD berargumen bahwa mekanisme ini dapat mengurangi biaya politik yang sering kali membebani calon kepala daerah. Dalam pemilihan langsung, calon kepala daerah harus mengeluarkan dana besar untuk kampanye, logistik, dan membangun popularitas. Biaya tinggi ini sering kali menjadi akar masalah korupsi ketika kepala daerah terpilih merasa perlu "mengembalikan" biaya yang telah dikeluarkan.

Selain itu, pemilihan oleh DPRD dianggap lebih efisien dan cepat. Proses pemungutan suara dan penghitungan yang melibatkan masyarakat luas memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan. Dengan menyerahkan wewenang kepada DPRD, proses ini dapat disederhanakan tanpa mengorbankan legalitas pemilihan.

Argumen Menolak Pemilihan oleh DPRD

Namun, kritik terhadap sistem pemilihan oleh DPRD juga tidak kalah kuat. Banyak pihak khawatir bahwa mekanisme ini dapat membuka kembali peluang politik transaksional, di mana kepentingan segelintir elit politik lebih diutamakan dibandingkan aspirasi masyarakat luas. Ketika DPRD menjadi satu-satunya lembaga yang berwenang memilih kepala daerah, risiko terjadinya lobi-lobi politik dan penyalahgunaan wewenang semakin besar.

Selain itu, penghapusan pemilihan langsung dapat memicu ketidakpuasan publik. Masyarakat yang selama ini memiliki hak untuk menentukan pemimpinnya secara langsung mungkin merasa dirugikan jika hak tersebut dicabut. Hal ini berpotensi menimbulkan dinamika sosial yang negatif, seperti meningkatnya apatisme politik atau bahkan aksi protes.

Dampak Sosial di Daerah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun