Urban farming atau pertanian perkotaan semakin populer di Indonesia, terutama di kalangan anak muda yang ingin berkontribusi pada ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan. Beberapa kisah berikut ini menggambarkan bagaimana inovasi, semangat, dan teknologi telah mendorong pertanian perkotaan menjadi solusi kreatif di tengah tantangan kota besar.
1. Jakarta Berkebun: Gerakan Komunitas Perkotaan
- Latar Belakang: Dimulai pada tahun 2011, Jakarta Berkebun adalah inisiatif kolektif yang dipimpin oleh sekelompok pemuda urban yang prihatin dengan minimnya lahan hijau di Jakarta.
- Inovasi: Mereka memanfaatkan lahan kosong di perkotaan, seperti taman kota, atap gedung, hingga halaman rumah untuk bercocok tanam. Gerakan ini juga fokus pada tanaman pangan seperti sayuran dan rempah-rempah.
- Dampak:
- Telah memperluas kesadaran masyarakat kota tentang pentingnya pertanian urban.
- Menginspirasi gerakan serupa di kota lain seperti Bandung Berkebun, Surabaya Berkebun, dan Medan Berkebun.
2. Kebun Kumara: Edukasi di Tengah Kota
- Latar Belakang: Kebun Kumara, didirikan oleh dua pemuda, Widi dan Citra, merupakan kebun edukasi yang berlokasi di Tangerang. Fokus mereka adalah membangun hubungan antara masyarakat perkotaan dan alam melalui pertanian.
- Inovasi:
- Menawarkan lokakarya pertanian berkelanjutan untuk anak-anak dan orang dewasa.
- Mempraktikkan teknik permakultur yang ramah lingkungan.
- Dampak:
- Memberikan ruang hijau produktif di tengah wilayah urban.
- Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya ketahanan pangan lokal.
3. Urban Farming di Apartemen Green Pramuka City
- Latar Belakang: Sebuah kelompok penghuni apartemen di Jakarta Timur memanfaatkan ruang kosong seperti atap dan balkon untuk bercocok tanam secara kolektif.
- Inovasi:
- Menggunakan metode hidroponik dan vertikal farming untuk menanam sayuran seperti selada, bayam, dan kangkung.
- Kolaborasi antara penghuni untuk berbagi hasil panen.
- Dampak:
- Mengurangi ketergantungan penghuni pada bahan pangan dari luar.
- Meningkatkan rasa kebersamaan di antara penghuni apartemen.
4. TaniHub: Teknologi dan Distribusi Pertanian
- Latar Belakang: Startup ini didirikan oleh anak muda Indonesia yang ingin menghubungkan petani dengan konsumen, termasuk dari wilayah urban.
- Inovasi:
- Membantu urban farmers menjual hasil panen mereka langsung ke pasar melalui aplikasi.
- Memanfaatkan data untuk membantu petani meningkatkan produktivitas.
- Dampak:
- Urban farmers di kota besar kini memiliki akses pasar yang lebih luas.
- Mengurangi limbah makanan karena proses distribusi yang lebih efisien.
5. Ruang Tengah: Kebun Komunitas di Bandung
- Latar Belakang: Komunitas ini didirikan oleh mahasiswa di Bandung untuk mengelola lahan kosong di tengah kota menjadi kebun produktif.
- Inovasi:
- Menggabungkan seni dan pertanian dengan konsep kebun estetis yang juga berfungsi sebagai ruang komunitas.
- Menanam berbagai tanaman hias dan pangan menggunakan metode organik.
- Dampak:
- Menjadi tempat edukasi bagi warga sekitar, terutama anak-anak sekolah.
- Meningkatkan kesadaran warga tentang manfaat ruang hijau produktif.
6. Kebun Rooftop Masjid Salman ITB
- Latar Belakang: Kebun ini dikelola oleh mahasiswa ITB sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat. Mereka memanfaatkan atap masjid untuk menanam sayuran dan buah-buahan.
- Inovasi:
- Sistem hidroponik sederhana yang hemat biaya dan mudah diterapkan.
- Hasil panen digunakan untuk konsumsi komunitas masjid dan kegiatan sosial.
- Dampak:
- Memberikan contoh nyata tentang keberlanjutan dan pemanfaatan ruang urban.
- Menginspirasi masjid lain untuk melakukan hal serupa.
7. Kampung Hijau Sungai Bambu, Jakarta Utara
- Latar Belakang: Warga di kawasan padat penduduk ini mengubah lingkungan mereka menjadi lebih hijau dan produktif dengan bercocok tanam di gang-gang sempit.
- Inovasi:
- Pemanfaatan botol plastik bekas sebagai wadah tanaman.
- Penanaman tanaman sayuran dan herbal untuk konsumsi rumah tangga.
- Dampak:
- Meningkatkan kualitas hidup warga dengan menyediakan udara yang lebih segar.
- Mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan.
8. AkarRumput: Kolaborasi Anak Muda dan Komunitas Lokal
- Latar Belakang: AkarRumput adalah komunitas yang berbasis di Yogyakarta, berfokus pada pengembangan urban farming di lingkungan perkotaan.
- Inovasi:
- Mengintegrasikan pertanian dengan aktivitas seni dan budaya lokal.
- Menyediakan pelatihan bagi anak muda untuk memulai kebun kecil di rumah mereka.
- Dampak:
- Membantu melestarikan tradisi agraris dalam konteks urban.
- Menguatkan hubungan antar-generasi melalui kegiatan pertanian.
9. Hidroponik Lantai 5: Universitas Indonesia
- Latar Belakang: Mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Indonesia memanfaatkan lantai 5 gedung fakultas mereka untuk bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik.
- Inovasi:
- Teknologi otomatisasi untuk pemeliharaan tanaman.
- Memanfaatkan limbah air hujan sebagai sumber irigasi.
- Dampak:
- Meningkatkan minat mahasiswa terhadap pertanian modern.
- Hasil panen digunakan untuk kegiatan sosial seperti berbagi makanan gratis.
10. Pasar Tani Urban: Jakarta Barat
- Latar Belakang: Sekelompok anak muda di Jakarta Barat menciptakan Pasar Tani Urban sebagai platform untuk menjual hasil panen dari urban farmers.
- Inovasi:
- Menggunakan media sosial untuk mempromosikan produk.
- Mendorong konsep "panen sesuai pesanan" untuk menghindari limbah.
- Dampak:
- Memberikan pendapatan tambahan bagi urban farmers.
- Mengedukasi masyarakat kota tentang pentingnya pangan lokal.
Urban farming di Indonesia telah menunjukkan bahwa pertanian tidak hanya untuk pedesaan. Dengan kreativitas, teknologi, dan semangat kolaborasi, anak muda Indonesia berhasil mengubah lahan terbatas di kota menjadi sumber pangan yang berkelanjutan dan bernilai sosial. Kisah-kisah ini menginspirasi generasi berikutnya untuk terus menjadikan pertanian urban sebagai bagian dari solusi masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H