Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (91): Peluang Pemberdayaan Ekonomi Lokal

18 November 2024   16:30 Diperbarui: 18 November 2024   16:32 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ketergantungan Indonesia terhadap impor alat utama sistem persenjataan (alutsista) telah menjadi sorotan dalam diskursus kebijakan pertahanan dan ekonomi nasional. Di tengah berbagai tantangan geopolitik, kebutuhan akan kemandirian dalam penyediaan alutsista menjadi lebih mendesak. Namun, isu ini bukan hanya tentang pertahanan, melainkan juga peluang besar untuk memberdayakan ekonomi lokal. Swasembada alutsista dapat menjadi katalisator bagi pengembangan industri dalam negeri, transfer teknologi, serta peningkatan daya saing ekonomi lokal di tingkat global.

Mengapa Swasembada Alutsista Penting?

Swasembada alutsista adalah langkah strategis untuk memastikan kedaulatan negara, baik dalam konteks militer maupun ekonomi. Dalam konteks pertahanan, ketergantungan pada negara lain untuk suplai alutsista berisiko menciptakan kerentanan, terutama saat terjadi konflik atau embargo. Namun lebih dari itu, jika dikelola dengan baik, pengembangan industri alutsista dapat menjadi sumber ekonomi baru yang berkontribusi pada pertumbuhan lokal.

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam pengadaan alutsista, di mana sebagian besar kebutuhan dipenuhi melalui impor. Misalnya, pada dekade terakhir, anggaran pertahanan yang meningkat signifikan digunakan untuk membeli pesawat tempur dari Rusia, kapal perang dari Korea Selatan, dan tank dari Jerman. Ketergantungan semacam ini menciptakan "kebocoran" ekonomi, di mana sebagian besar dana negara dialokasikan ke luar negeri tanpa berdampak signifikan pada industri domestik.

Peluang Bagi Industri Lokal

Dengan memprioritaskan swasembada alutsista, Indonesia dapat menciptakan ekosistem industri lokal yang inklusif. Contoh konkret bisa dilihat pada keberhasilan PT Pindad dalam memproduksi panser Anoa dan senjata SS-2, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga diekspor ke negara-negara lain seperti Timor Leste dan beberapa negara Afrika.

Kesuksesan PT Pindad menunjukkan bahwa industri lokal mampu bersaing jika didukung oleh kebijakan yang tepat. Lebih jauh lagi, pengembangan industri alutsista membutuhkan berbagai komponen yang membuka peluang bagi sektor lain, seperti industri baja, elektronik, teknologi informasi, hingga logistik. Sebagai contoh, produksi kapal perang membutuhkan bahan baku baja berkualitas tinggi yang dapat memacu perkembangan industri baja lokal, seperti Krakatau Steel.

Transfer Teknologi: Jembatan ke Depan

Salah satu manfaat besar dari pengembangan alutsista adalah transfer teknologi. Negara-negara maju seperti Korea Selatan telah menunjukkan bahwa kolaborasi dengan perusahaan asing dapat mempercepat penguasaan teknologi lokal. Melalui proyek pembuatan kapal selam bersama Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Indonesia telah memulai langkah awal ke arah ini.

Namun, transfer teknologi harus dipastikan memberikan manfaat nyata bagi tenaga kerja lokal. Alih-alih hanya menjadi tempat perakitan, Indonesia perlu memastikan bahwa proses produksi melibatkan insinyur dan pekerja lokal. Dengan demikian, penguasaan teknologi dapat diperluas dan diterapkan pada sektor lain, seperti transportasi atau energi terbarukan.

Tantangan yang Harus Diatasi

Meski potensi swasembada alutsista sangat besar, ada beberapa tantangan signifikan yang perlu diperhatikan. Pertama adalah masalah anggaran. Pengembangan alutsista membutuhkan investasi besar, baik untuk infrastruktur produksi maupun riset dan pengembangan (R&D). Dalam situasi di mana alokasi anggaran masih terbatas, pemerintah harus mampu menyeimbangkan kebutuhan antara sektor pertahanan dan sektor lain, seperti kesehatan atau pendidikan.

Kedua, ada tantangan dari sisi regulasi. Proses birokrasi yang panjang seringkali menghambat kemajuan proyek-proyek strategis. Untuk itu, diperlukan kebijakan yang lebih fleksibel namun tetap transparan guna mendorong percepatan pengembangan industri alutsista.

Ketiga, kompetisi dengan produk impor seringkali menjadi hambatan bagi produk lokal. Tanpa dukungan kebijakan proteksionis yang tepat, industri lokal akan kesulitan bersaing dengan alutsista impor yang sering kali lebih murah karena skala produksi yang lebih besar.

Perbandingan dengan Negara Lain

Belajar dari negara lain bisa menjadi strategi efektif dalam mewujudkan swasembada alutsista. Turki, misalnya, telah berhasil mengurangi ketergantungan pada impor alutsista melalui pengembangan industri lokal yang terintegrasi. Melalui Turkish Aerospace Industries (TAI), Turki kini mampu memproduksi drone canggih seperti Bayraktar TB2, yang bahkan diekspor ke lebih dari 20 negara.

Salah satu kunci keberhasilan Turki adalah investasi besar dalam R&D dan kemitraan dengan universitas serta institusi teknologi. Indonesia dapat mengadaptasi pendekatan serupa, dengan melibatkan perguruan tinggi dalam pengembangan alutsista. Kolaborasi antara PT Pindad dan Institut Teknologi Bandung (ITB), misalnya, dapat ditingkatkan untuk menghasilkan inovasi yang lebih kompetitif.

Manfaat Jangka Panjang bagi Ekonomi Lokal

Jika dikelola dengan baik, swasembada alutsista dapat memberikan manfaat jangka panjang yang signifikan. Pertama, industri ini akan menciptakan lapangan kerja baru, mulai dari tenaga ahli hingga pekerja manufaktur. Kedua, rantai pasok yang melibatkan berbagai sektor akan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Ketiga, keberhasilan dalam mengembangkan alutsista dapat meningkatkan reputasi Indonesia di kancah internasional, baik sebagai negara produsen maupun mitra dagang.

Selain itu, keberhasilan dalam industri alutsista dapat menginspirasi sektor lain untuk menerapkan model bisnis serupa. Sebagai contoh, penguasaan teknologi di bidang alutsista dapat diterapkan pada pengembangan kendaraan listrik, yang menjadi tren global saat ini. Dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah terlatih, Indonesia dapat memperluas diversifikasi ekonominya.

Rekomendasi Strategis

Untuk merealisasikan potensi swasembada alutsista, ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan:

  1. Meningkatkan Investasi dalam R&D: Pemerintah harus berani mengalokasikan dana yang cukup untuk penelitian dan pengembangan. Kemitraan dengan sektor swasta dan universitas juga perlu diperluas.
  2. Mengadopsi Kebijakan Insentif: Memberikan insentif pajak bagi perusahaan yang berkontribusi dalam pengembangan alutsista dapat mendorong lebih banyak investasi lokal.
  3. Mempercepat Transfer Teknologi: Kerja sama dengan mitra internasional harus difokuskan pada alih teknologi yang nyata, bukan sekadar perakitan.
  4. Memperkuat Regulasi Proteksionis: Untuk melindungi produk lokal, kebijakan yang membatasi impor alutsista harus diterapkan, sambil tetap memperhatikan kebutuhan yang mendesak.
  5. Menciptakan Ekosistem Inovasi: Pemerintah perlu menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi, seperti pendirian pusat teknologi khusus di bidang pertahanan.

Swasembada alutsista bukan hanya soal memperkuat pertahanan, tetapi juga soal menciptakan peluang baru untuk memberdayakan ekonomi lokal. Dengan visi yang jelas dan kebijakan yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri alutsista global. Langkah ini tidak hanya akan memperkuat kedaulatan nasional, tetapi juga membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Sebuah kesempatan yang terlalu berharga untuk dilewatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun