Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (84): SDM untuk Inovasi Senjata Biologis

17 November 2024   21:42 Diperbarui: 17 November 2024   21:43 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mencapai kemandirian dalam inovasi senjata biologis, pengembangan kurikulum yang relevan di tingkat pendidikan tinggi merupakan langkah awal yang krusial. Universitas-universitas di Indonesia perlu menawarkan program studi khusus yang berfokus pada bioteknologi militer. Program ini tidak hanya mencakup teori, tetapi juga menyediakan kesempatan praktik melalui laboratorium yang dilengkapi dengan fasilitas mutakhir.

Di luar pendidikan formal, pelatihan berkelanjutan bagi personel militer dan ilmuwan sipil juga penting. Misalnya, program pelatihan yang dirancang untuk memperkenalkan teknologi terbaru, seperti CRISPR-Cas9 untuk manipulasi genetik, dapat memberikan keuntungan kompetitif dalam inovasi senjata biologis. Selain itu, pelatihan semacam ini juga harus mencakup aspek etika dan hukum internasional, mengingat kontroversi yang melekat pada senjata biologis.

Aspek Etika dan Keamanan

Dalam mengembangkan senjata biologis, perhatian terhadap aspek etika dan hukum internasional tidak boleh diabaikan. Senjata biologis memiliki potensi untuk disalahgunakan, sehingga pengembangan dan penggunaannya harus tunduk pada aturan yang ketat. Konvensi Senjata Biologis (Biological Weapons Convention/BWC) yang ditandatangani oleh Indonesia adalah salah satu instrumen yang harus menjadi acuan dalam memastikan bahwa pengembangan teknologi ini dilakukan secara bertanggung jawab.

Selain itu, Indonesia perlu mengembangkan kebijakan yang jelas mengenai batasan penggunaan senjata biologis dalam konteks pertahanan. Kebijakan ini tidak hanya memberikan panduan bagi pengembangan teknologi, tetapi juga melindungi negara dari risiko sanksi internasional atau stigma negatif akibat pelanggaran norma global.

Kolaborasi Internasional

Pengembangan kompetensi SDM di bidang senjata biologis juga memerlukan kerja sama internasional. Meski isu ini sering kali sensitif, kolaborasi di bidang penelitian, pertukaran teknologi, dan pelatihan dapat memberikan manfaat signifikan. Indonesia dapat memanfaatkan keanggotaannya dalam organisasi internasional seperti ASEAN atau bahkan PBB untuk menjalin kemitraan strategis.

Sebagai contoh, kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam penelitian vaksin selama pandemi COVID-19 menunjukkan bagaimana kolaborasi semacam ini dapat membawa manfaat besar. Pola yang sama dapat diterapkan dalam konteks inovasi senjata biologis, dengan fokus pada pengembangan teknologi yang tidak hanya efektif tetapi juga aman dan sesuai dengan hukum internasional.

Tantangan yang Harus Diatasi

Meski peluangnya besar, pengembangan kompetensi SDM dalam inovasi senjata biologis tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah stigma negatif terhadap senjata biologis yang sering kali dikaitkan dengan bioterorisme. Untuk mengatasi hal ini, penting bagi pemerintah dan institusi terkait untuk memberikan edukasi kepada publik mengenai manfaat teknologi ini dalam konteks pertahanan, bukan agresi.

Tantangan lain adalah minimnya investasi di bidang penelitian dan pengembangan (R&D). Dibandingkan dengan negara maju, alokasi anggaran untuk R&D di Indonesia masih sangat rendah. Tanpa dukungan dana yang memadai, sulit bagi Indonesia untuk bersaing dalam pengembangan teknologi canggih, termasuk senjata biologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun