Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Swasembada Industri Pertahanan (75): Potret di Era Digitalisasi

16 November 2024   12:06 Diperbarui: 16 November 2024   12:15 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi digital telah merombak hampir setiap aspek kehidupan manusia, termasuk sektor pertahanan. Dalam era digitalisasi ini, industri pertahanan menghadapi tantangan baru berupa ancaman siber yang semakin kompleks. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam strategi pertahanan nasional. Keamanan siber menjadi isu sentral dalam pengelolaan sistem pertahanan modern, menuntut negara untuk tidak hanya melindungi infrastruktur fisik, tetapi juga mengamankan ruang digital yang rentan terhadap serangan.

Transformasi Digital dalam Industri Pertahanan

Digitalisasi telah membawa transformasi besar dalam industri pertahanan. Sistem senjata canggih, seperti drone dan kendaraan militer otonom, kini mengandalkan jaringan internet untuk operasionalnya. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), analitik data, dan Internet of Things (IoT) telah diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pertahanan. Sebagai contoh, Amerika Serikat mengembangkan proyek seperti Project Maven, yang menggunakan AI untuk menganalisis data video dari drone, mempercepat pengambilan keputusan di medan perang.

Namun, ketergantungan pada teknologi digital ini juga membuka celah bagi aktor jahat. Serangan siber dapat melumpuhkan sistem komunikasi militer, mencuri data rahasia, atau bahkan mengendalikan perangkat keras pertahanan. Dalam konteks ini, keamanan siber bukan hanya pelengkap, tetapi fondasi utama yang harus dibangun dengan kokoh.

Ancaman Siber dan Dampaknya pada Pertahanan

Ancaman siber dalam industri pertahanan sangat beragam, mulai dari serangan phishing, peretasan sistem, hingga serangan ransomware. Salah satu contoh nyata adalah serangan pada sistem pertahanan Estonia pada tahun 2007. Serangan ini, yang diduga dilakukan oleh aktor negara, melumpuhkan jaringan komunikasi, lembaga keuangan, dan infrastruktur vital negara tersebut. Kasus ini menunjukkan bagaimana serangan siber dapat menjadi alat geopolitik yang efektif dan merusak.

Di Indonesia, ancaman serupa juga tidak dapat diabaikan. Infrastruktur pertahanan kita masih rentan terhadap serangan siber, terutama di tengah upaya modernisasi militer. Tahun 2020, Indonesia mengalami kebocoran data besar-besaran yang melibatkan data militer dan keamanan. Peristiwa ini menjadi alarm bagi pentingnya penguatan sistem keamanan siber, khususnya dalam sektor pertahanan.

Peluang di Era Digitalisasi

Meski ancaman siber menjadi perhatian utama, era digitalisasi juga membawa peluang besar bagi industri pertahanan. Salah satu peluang tersebut adalah pengembangan teknologi keamanan siber yang dapat diintegrasikan dengan sistem pertahanan. Teknologi enkripsi, firewall canggih, dan deteksi intrusi berbasis AI adalah beberapa inovasi yang dapat memperkuat perlindungan terhadap serangan siber.

Selain itu, kerjasama internasional dalam bidang keamanan siber menjadi peluang strategis. Misalnya, NATO telah membentuk Cyber Defence Pledge untuk memperkuat kemampuan anggotanya dalam menghadapi ancaman siber. Indonesia dapat belajar dari inisiatif ini untuk membangun kerjasama dengan negara-negara lain, termasuk dalam berbagi teknologi dan pengalaman dalam mengatasi ancaman siber.

Digitalisasi juga memungkinkan efisiensi dalam pengelolaan anggaran pertahanan. Dengan sistem berbasis digital, proses logistik dan pemeliharaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dapat dilakukan secara lebih efisien, mengurangi potensi pemborosan anggaran. Contohnya adalah penggunaan teknologi blockchain untuk melacak rantai pasokan peralatan militer, memastikan transparansi dan keamanan data.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun