Dalam beberapa dekade terakhir, konsep ancaman telah berubah secara dramatis, seiring dengan pergeseran tatanan global yang memperkenalkan tantangan keamanan baru yang lebih kompleks. Jika pada era sebelumnya ancaman utama terhadap suatu negara didominasi oleh perang antarnegara atau konflik militer tradisional, kini ancaman non-tradisional mulai menjadi fokus utama bagi industri pertahanan di banyak negara.Â
Ancaman non-tradisional ini mencakup serangan siber, bencana alam yang diperparah oleh perubahan iklim, penyebaran penyakit menular, terorisme transnasional, hingga penyelundupan dan perdagangan ilegal yang merongrong stabilitas ekonomi dan sosial.Â
Untuk menjawab tantangan ini, diperlukan transformasi mendalam dalam industri pertahanan yang tidak hanya mengedepankan kekuatan fisik atau persenjataan, tetapi juga teknologi, kolaborasi multidisiplin, serta pendekatan yang lebih adaptif.
Memahami Ancaman Non-Tradisional
Ancaman non-tradisional tidak mengandalkan kekuatan militer konvensional atau penggunaan senjata secara langsung, melainkan memanfaatkan kerentanan sistem digital, ketergantungan ekonomi, dan disrupsi sosial yang bersifat tidak kasat mata namun memiliki dampak luas. Misalnya, serangan siber yang merusak sistem komunikasi atau infrastruktur vital seperti listrik dan transportasi bisa melumpuhkan sebuah negara tanpa satu pun peluru ditembakkan.Â
Contoh lainnya adalah pandemi COVID-19 yang mengakibatkan krisis kesehatan, ekonomi, dan politik secara global, memperlihatkan betapa rentannya suatu negara terhadap ancaman kesehatan yang memiliki dampak lintas sektor. Melalui fenomena ini, tampak jelas bahwa ancaman non-tradisional memerlukan respon yang jauh lebih beragam dan inovatif.
Transformasi Teknologi dalam Industri Pertahanan
Untuk menghadapi ancaman non-tradisional, teknologi menjadi aspek yang sangat penting dalam transformasi industri pertahanan. Negara-negara kini berlomba-lomba mengembangkan kecerdasan buatan (artificial intelligence), sistem pengawasan yang canggih, serta teknologi siber yang mampu mendeteksi dan melawan serangan digital sebelum merusak sektor-sektor kritis.Â
Teknologi drone, misalnya, kini tidak hanya dipakai dalam peperangan konvensional tetapi juga dalam pemantauan perbatasan untuk mencegah penyelundupan dan pergerakan jaringan kriminal lintas negara. Di sisi lain, teknologi AI diterapkan dalam pemantauan ancaman biologis dan kesehatan, seperti mendeteksi penyakit menular atau mengendalikan penyebaran pandemi melalui analisis data yang cepat.
Salah satu contoh konkret penerapan teknologi canggih ini terlihat pada kebijakan pertahanan Israel yang mengintegrasikan sistem siber dalam sektor pertahanannya. Melalui unit-unit khusus, Israel mengembangkan teknologi untuk mendeteksi, memantau, dan melawan serangan siber yang sering mengancam keamanan nasional mereka.
Selain itu, Israel juga melibatkan sektor swasta dan akademik dalam penelitian dan pengembangan teknologi siber, sehingga mempercepat inovasi dalam menghadapi ancaman digital. Dengan model ini, industri pertahanan Israel menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor dan pemanfaatan teknologi merupakan kunci dalam mengantisipasi ancaman non-tradisional.