Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (46): Teknologi Anti Drone

10 November 2024   13:06 Diperbarui: 10 November 2024   13:19 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi drone telah menghadirkan tantangan baru dalam sistem pertahanan udara global. Sebagai perangkat terbang tanpa awak yang semakin terjangkau dan canggih, drone kini dimanfaatkan dalam berbagai operasi, dari pengintaian hingga serangan langsung. Hal ini menuntut setiap negara untuk memiliki teknologi anti-drone yang memadai demi mempertahankan kedaulatan udaranya. 

Bagi Indonesia, yang memiliki wilayah udara luas dengan beragam tantangan geografis dan strategis, teknologi anti-drone menjadi elemen penting dalam mencapai kemandirian pertahanan udara.

Mengapa Teknologi Anti-Drone Dibutuhkan?

Drone dapat dengan mudah melintasi batas negara tanpa terdeteksi, mengancam instalasi militer, infrastruktur vital, hingga keselamatan publik. Contoh nyata terjadi di Arab Saudi pada 2019, di mana fasilitas minyak Aramco diserang oleh drone, yang menyebabkan kerugian ekonomi besar dan ketidakstabilan energi global. 

Kasus ini menunjukkan betapa berbahayanya serangan drone pada infrastruktur strategis, dan membuka mata dunia tentang pentingnya teknologi anti-drone sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional.

Di Indonesia, ancaman serupa bukanlah sekadar hipotesis. Sebagai negara kepulauan dengan ribuan titik penting yang tersebar, Indonesia rentan terhadap penyusupan drone yang tidak teridentifikasi. Hal ini membuat teknologi anti-drone menjadi alat vital untuk memastikan keamanan dan stabilitas nasional. Teknologi ini tidak hanya berguna untuk deteksi, tetapi juga untuk menetralisasi ancaman sebelum terjadi dampak yang lebih besar.

Teknologi Anti-Drone: Ragam dan Peranannya

Teknologi anti-drone berkembang dengan beragam metode dan perangkat, dari radar khusus, senjata elektromagnetik, hingga perangkat pengganggu (jamming) frekuensi. Radar anti-drone, misalnya, dapat mendeteksi objek kecil yang bergerak dengan kecepatan tinggi, seperti drone, yang mungkin tidak terdeteksi radar konvensional. Sementara itu, perangkat jamming dapat menghentikan komunikasi antara drone dan operatornya, mengakibatkan drone kehilangan kendali dan jatuh atau kembali ke titik awal.

Sebagai contoh, Amerika Serikat telah mengembangkan sistem C-RAM (Counter-Rocket, Artillery, and Mortar) yang bisa diadaptasi untuk menghancurkan drone. Sistem ini menggunakan radar dan senjata otomatis untuk melacak dan menembak jatuh objek yang dianggap ancaman. 

Mengadopsi teknologi serupa, Indonesia dapat meningkatkan kemampuan pertahanan udara tanpa harus bergantung pada sistem asing, sehingga mengurangi ketergantungan dan meningkatkan kemandirian dalam bidang militer.

Implementasi Teknologi Anti-Drone di Indonesia: Tantangan dan Peluang

Meskipun teknologi anti-drone menjanjikan, implementasinya di Indonesia bukan tanpa tantangan. Biaya pengadaan dan pemeliharaan perangkat anti-drone relatif tinggi, terutama jika menggunakan teknologi terkini dari luar negeri. Selain itu, sebagian besar teknologi ini memerlukan infrastruktur pendukung yang belum tentu tersedia di semua daerah di Indonesia. Dengan luasnya wilayah dan medan yang bervariasi, penyebaran teknologi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografis masing-masing wilayah.

Namun, di sinilah peluang inovasi terbuka lebar. Indonesia memiliki sejumlah institusi penelitian dan pengembangan teknologi yang dapat berkolaborasi dengan industri pertahanan dalam negeri untuk menciptakan perangkat anti-drone yang lebih terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan lokal. 

Misalnya, pengembangan perangkat anti-drone berbasis laser atau sinyal elektromagnetik yang disesuaikan dengan kondisi geografis Indonesia akan lebih efektif daripada membeli produk jadi dari luar. Dengan demikian, investasi dalam riset dan pengembangan teknologi anti-drone di dalam negeri bukan hanya memperkuat pertahanan nasional, tetapi juga mendorong pertumbuhan industri teknologi militer Indonesia.

Dampak Teknologi Anti-Drone bagi Kemandirian Pertahanan

Dengan menguasai teknologi anti-drone, Indonesia akan semakin mandiri dalam menjaga pertahanan udaranya tanpa harus mengandalkan negara lain. Teknologi ini dapat menjadi salah satu komponen dalam sistem pertahanan udara yang komprehensif dan modern. Dalam jangka panjang, penguasaan teknologi anti-drone juga berkontribusi terhadap peningkatan kredibilitas Indonesia di mata dunia, khususnya dalam hal kedaulatan dan keamanan wilayahnya. Kemandirian ini juga mengurangi risiko adanya tekanan politik dari negara-negara pemasok teknologi pertahanan, yang kerap kali memengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.

Selain itu, kehadiran teknologi anti-drone secara mandiri juga bisa membawa efek deterensi, di mana pihak lawan atau negara lain berpikir dua kali sebelum menggunakan drone untuk mengganggu atau mengancam keamanan Indonesia. Negara-negara yang mampu menunjukkan kemampuan ini secara mandiri, seperti Rusia dan Israel, umumnya memiliki posisi tawar lebih tinggi dalam diplomasi internasional karena dianggap siap menghadapi ancaman modern.

Perspektif Ekonomi dan Strategis

Selain aspek pertahanan, teknologi anti-drone juga memiliki dampak positif dalam aspek ekonomi dan strategis. Jika Indonesia mampu memproduksi perangkat anti-drone sendiri, maka industri pertahanan dalam negeri akan berkembang, membuka lapangan pekerjaan, dan menciptakan peluang ekspor ke negara-negara lain yang membutuhkan. Saat ini, pasar teknologi anti-drone global terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan akan perangkat pertahanan yang mampu melawan ancaman non-konvensional. Dalam hal ini, Indonesia berpotensi menjadi pemasok teknologi anti-drone bagi negara-negara berkembang lainnya, yang menghadapi ancaman serupa tetapi mungkin tidak memiliki kemampuan teknologi dan finansial untuk mengembangkan sendiri.

Secara strategis, pengembangan teknologi ini juga mendorong kolaborasi antar-lembaga, seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TNI AU, dan perusahaan teknologi dalam negeri. Kolaborasi ini penting untuk memastikan pengembangan teknologi anti-drone yang relevan, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan pertahanan nasional. Sinergi ini, pada akhirnya, memperkuat ekosistem inovasi teknologi pertahanan Indonesia, menjadikannya lebih tangguh dalam menghadapi ancaman modern.

Masa Depan Kemandirian Pertahanan Udara Indonesia

Teknologi anti-drone bukan sekadar perangkat penunjang; ia adalah elemen krusial dalam mencapai kemandirian pertahanan udara yang tangguh dan berdaya saing. Dengan ancaman drone yang terus meningkat, Indonesia perlu segera berinvestasi dalam riset, pengembangan, dan produksi teknologi anti-drone yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan ancaman yang dihadapi.

Membangun kemandirian dalam teknologi anti-drone tidak hanya memastikan keamanan nasional, tetapi juga memperkokoh posisi Indonesia di kancah internasional. Penguasaan teknologi ini dapat memberikan efek deterensi, menciptakan peluang ekonomi, dan membangun ekosistem inovasi teknologi pertahanan yang kuat. 

Bagi Indonesia, teknologi anti-drone adalah investasi jangka panjang untuk mewujudkan visi kemandirian pertahanan yang berkelanjutan dan adaptif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun