Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (44): Rekomendasi Aliansi Strategis untuk Indonesia

10 November 2024   09:57 Diperbarui: 10 November 2024   16:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain menjalin aliansi dengan sesama negara berkembang, Indonesia juga perlu mempertimbangkan kerjasama strategis dengan negara pemasok senjata besar. Namun, kerjasama ini harus mencakup persyaratan transfer teknologi yang memungkinkan Indonesia untuk memproduksi sebagian atau seluruh komponen senjata secara lokal. Korea Selatan, misalnya, telah berhasil mengadopsi strategi serupa dengan Amerika Serikat untuk membangun industri pertahanannya yang kini menjadi salah satu yang paling berkembang di Asia. Indonesia bisa mengikuti pendekatan ini, tetapi dengan diversifikasi mitra pemasok, seperti Rusia, Korea Selatan, dan negara-negara di Eropa, sehingga tidak hanya terpaku pada satu negara saja. Diversifikasi ini penting untuk mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada satu sumber dan menciptakan pilihan yang lebih fleksibel dalam pemenuhan kebutuhan militer.

Mengoptimalkan Sumber Daya dan Potensi Dalam Negeri

Aliansi strategis yang berhasil tidak hanya melibatkan kerjasama dengan negara lain, tetapi juga memaksimalkan sumber daya dan kapasitas dalam negeri. Pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan potensi industri pertahanan lokal yang telah berkembang, seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT PAL, untuk menjadi ujung tombak dalam memproduksi peralatan militer yang memenuhi standar internasional. Selain itu, universitas-universitas serta lembaga penelitian dalam negeri harus dilibatkan dalam pengembangan teknologi yang mendukung sektor pertahanan, sehingga kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi dapat menciptakan ekosistem teknologi militer yang inovatif. Langkah ini tidak hanya memperkuat kemampuan pertahanan Indonesia tetapi juga mendorong terciptanya lapangan kerja baru dan mendorong kemandirian industri nasional.

Membangun Konsorsium Pertahanan di Indo-Pasifik

Di tengah dinamika politik yang semakin kompleks di wilayah Indo-Pasifik, Indonesia dapat berperan aktif dalam membentuk konsorsium pertahanan regional yang melibatkan negara-negara kunci di kawasan tersebut. Konsorsium ini dapat berfungsi sebagai forum untuk merancang strategi keamanan bersama sekaligus menciptakan kerjasama dalam produksi senjata, pertukaran informasi, dan pengembangan teknologi militer. Jepang dan India, misalnya, merupakan negara-negara di kawasan yang memiliki kemampuan teknologi pertahanan yang maju dan juga kekuatan ekonomi yang besar. Kerjasama dengan negara-negara tersebut dapat memberikan keuntungan strategis bagi Indonesia, baik dalam hal transfer teknologi maupun akses pada teknologi militer yang lebih canggih.

Hambatan dan Tantangan yang Mungkin Dihadapi

Walaupun aliansi strategis memiliki banyak manfaat, Indonesia perlu menghadapi berbagai tantangan dalam implementasinya. Salah satunya adalah resistensi dari negara pemasok utama yang mungkin enggan melakukan transfer teknologi, karena khawatir akan munculnya kompetisi di pasar internasional. Selain itu, dalam membangun aliansi dengan sesama negara berkembang, tantangan dapat muncul dari perbedaan standar dan kapasitas teknologi, serta perbedaan kebijakan pertahanan dan anggaran masing-masing negara. Di tingkat domestik, birokrasi yang kompleks dan regulasi yang kaku juga bisa menjadi penghambat dalam upaya untuk mempercepat produksi dan pengembangan senjata dalam negeri.

Menuju Kemandirian Pertahanan Nasional

Rekomendasi aliansi strategis bagi Indonesia merupakan langkah nyata yang diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada senjata impor. Dengan menjalin kerjasama dengan negara-negara berkembang, memperkuat kerjasama di tingkat regional, dan membangun konsorsium pertahanan di Indo-Pasifik, Indonesia dapat memperkuat otonomi dan daya tawar dalam menjaga keamanan nasionalnya. Melalui strategi diversifikasi pemasok dan optimalisasi industri dalam negeri, Indonesia tidak hanya berpotensi mengurangi ketergantungan pada negara lain, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing industri pertahanan dalam negeri. Walaupun tantangan dalam membangun aliansi strategis ini cukup kompleks, manfaat jangka panjangnya bagi kemandirian dan stabilitas pertahanan Indonesia membuatnya layak untuk dijadikan prioritas dalam kebijakan pertahanan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun