Ketergantungan pada bahan baku impor menjadi salah satu tantangan terbesar bagi industri tekstil Indonesia. Meski industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, hampir 70% dari kebutuhan bahan baku tekstil dalam negeri masih dipenuhi melalui impor.Â
Situasi ini tentu menciptakan ketergantungan yang rentan, terutama di tengah ketidakpastian global seperti fluktuasi nilai tukar, gangguan rantai pasok internasional, dan kebijakan dagang proteksionis dari negara lain.Â
Di tengah upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan industri nasional, langkah-langkah strategis perlu diambil guna mengurangi ketergantungan ini dan memanfaatkan potensi lokal yang melimpah.
Ketergantungan Bahan Baku Impor: Tantangan dan Risiko
Ketergantungan terhadap bahan baku impor dalam industri tekstil menciptakan beberapa risiko yang tidak bisa diabaikan. Pertama, volatilitas harga bahan baku di pasar internasional dapat mempengaruhi biaya produksi secara signifikan.Â
Ketika harga bahan baku seperti kapas, serat sintetis, atau pewarna tekstil mengalami kenaikan, perusahaan dalam negeri harus menanggung beban biaya tambahan yang akhirnya menggerus daya saing produk tekstil Indonesia.
Kedua, ketergantungan pada impor memperlemah daya tahan industri tekstil terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Ketika nilai tukar rupiah melemah, harga bahan baku impor otomatis meningkat, yang selanjutnya menambah biaya produksi. Hal ini tidak hanya berisiko terhadap keberlanjutan industri, tetapi juga terhadap harga produk tekstil di pasar domestik, sehingga membebani konsumen.
Ketiga, ketergantungan pada impor mengakibatkan rantai pasok tekstil Indonesia sangat rentan terhadap gangguan global. Contohnya, selama pandemi COVID-19, banyak negara membatasi ekspor bahan baku, termasuk untuk kebutuhan tekstil. Gangguan ini menyoroti betapa pentingnya kemandirian bahan baku sebagai fondasi ketahanan industri dalam negeri.
Mengidentifikasi Potensi Lokal: Bahan Baku Alternatif di Indonesia
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang potensial untuk mendukung ketahanan bahan baku dalam negeri. Sebagai contoh, Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar serat alami seperti kapas dan rayon, yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan baku untuk industri tekstil.Â
Selain itu, serat alam lain seperti serat bambu, serat pisang, dan serat kelapa juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku tekstil yang berkelanjutan.