Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Agrikultur 4.0 dan 5.0: Bisakah Jadi Solusi Swasembada Pangan?

27 Oktober 2024   13:02 Diperbarui: 27 Oktober 2024   13:03 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Seiring berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan pangan global, sektor agrikultur terus beradaptasi dengan revolusi teknologi. Istilah Agrikultur 4.0 dan Agrikultur 5.0 menggambarkan transformasi sektor ini dalam dua tahap perkembangan utama, yaitu otomatisasi berbasis data dan kecerdasan buatan, dan di sisi lainnya, pendekatan berbasis human-centered yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Agrikultur 4.0: Era Otomatisasi dan Data

Agrikultur 4.0 merujuk pada penerapan teknologi digital dan otomatisasi di sektor pertanian, yang dimulai pada era Revolusi Industri 4.0. Fokus utama Agrikultur 4.0 adalah meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan akurasi melalui data dan kecerdasan buatan.

Ciri-ciri Utama Agrikultur 4.0

  1. Penggunaan Internet of Things (IoT): Perangkat IoT digunakan untuk memantau kondisi lahan, cuaca, kelembaban tanah, dan kesehatan tanaman secara real-time. Dengan informasi ini, petani dapat mengambil keputusan yang lebih tepat.
  2. Big Data dan Analisis Data: Data dari berbagai sumber---seperti sensor, drone, dan satelit---diolah untuk analisis prediktif. Misalnya, memprediksi waktu tanam dan panen yang optimal, serta menentukan jenis tanaman yang paling sesuai dengan kondisi cuaca.
  3. Penerapan Kecerdasan Buatan (AI): AI digunakan untuk memprediksi penyakit tanaman, mengelola hama secara otomatis, dan mengoptimalkan penggunaan pupuk dan air. Ini memungkinkan penghematan biaya dan peningkatan produktivitas.
  4. Pertanian Presisi: Teknologi presisi memungkinkan pemetaan lahan secara mendetail, sehingga petani dapat memberikan input yang tepat pada area tertentu yang membutuhkan, baik itu dalam hal air, pupuk, atau pestisida.
  5. Robotika dan Otomatisasi: Mesin-mesin otomatis digunakan untuk berbagai proses, mulai dari penanaman hingga pemanenan, sehingga meminimalkan tenaga kerja manusia dan meningkatkan efisiensi.

Agrikultur 5.0: Teknologi yang Berpusat pada Kemanusiaan dan Keberlanjutan

Agrikultur 5.0 membawa sektor pertanian melampaui otomatisasi dan data. Terinspirasi oleh konsep Society 5.0, pendekatan ini menempatkan kesejahteraan manusia dan keberlanjutan lingkungan sebagai prioritas utama. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem pertanian yang bukan hanya efisien, tetapi juga inklusif dan ramah lingkungan.

Ciri-ciri Utama Agrikultur 5.0

  1. Inklusivitas dan Pemberdayaan Petani: Teknologi di Agrikultur 5.0 tidak hanya dikembangkan untuk petani besar, tetapi juga untuk petani kecil. Platform digital yang terjangkau dibuat untuk memberikan akses pada informasi, pelatihan, dan pasar yang lebih luas bagi para petani.
  2. Keberlanjutan Lingkungan: Teknologi Agrikultur 5.0 dikembangkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan bahan kimia dan air dioptimalkan, dan fokus pada sistem pertanian organik dan agroekologi ditingkatkan untuk melestarikan ekosistem.
  3. Pemanfaatan Energi Terbarukan: Energi yang digunakan dalam proses pertanian sebagian besar berasal dari sumber terbarukan, seperti tenaga surya atau angin, yang mendukung keberlanjutan energi dalam sektor pertanian.
  4. Manusia dan Teknologi dalam Sinergi: Agrikultur 5.0 berfokus pada bagaimana teknologi bisa mempermudah pekerjaan manusia, bukan menggantikannya. Teknologi dirancang untuk bekerja berdampingan dengan manusia agar dapat meningkatkan kualitas hidup para petani.
  5. Penggunaan Kecerdasan Buatan Berbasis Etika dan Keamanan Data: AI dalam Agrikultur 5.0 diterapkan dengan mempertimbangkan privasi dan hak data, memastikan bahwa para petani tetap memiliki kendali atas data mereka dan bahwa AI digunakan secara etis.
  6. Distribusi Hasil Pertanian yang Merata: Agrikultur 5.0 juga memperhatikan rantai pasok yang adil, dengan tujuan memastikan setiap orang, baik di kota maupun di desa, mendapatkan akses yang sama ke hasil pangan berkualitas.

Perbedaan Utama Agrikultur 4.0 dan 5.0

Aspek

Agrikultur 4.0

Agrikultur 5.0

Fokus Utama

Efisiensi dan produktivitas

Kesejahteraan manusia dan keberlanjutan

Penggunaan Teknologi

Otomatisasi, IoT, Big Data, AI

Teknologi ramah lingkungan, AI etis

Pendekatan Lingkungan

Optimalisasi input, tetapi lebih pada output

Fokus keberlanjutan, pengurangan dampak ekologis

Keterlibatan Manusia

Minim keterlibatan manusia

Teknologi mendukung manusia, bukan menggantikan

Aksesibilitas

Lebih untuk pertanian skala besar

Lebih inklusif untuk petani kecil

Tantangan dan Peluang Penerapan Agrikultur 5.0 di Indonesia

Indonesia memiliki tantangan besar dan sekaligus peluang untuk mengimplementasikan Agrikultur 5.0. Sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi untuk menerapkan teknologi berkelanjutan yang dapat menjaga keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Tantangan

  1. Infrastruktur Digital yang Terbatas: Di beberapa daerah, akses terhadap internet masih sulit. Infrastruktur yang belum merata membuat penerapan teknologi Agrikultur 5.0 memerlukan waktu dan investasi besar.
  2. Literasi Digital Petani: Banyak petani di Indonesia yang belum terbiasa menggunakan teknologi. Pelatihan intensif dibutuhkan agar para petani dapat memanfaatkan teknologi Agrikultur 5.0 dengan efektif.
  3. Pendanaan dan Kebijakan Pemerintah: Diperlukan dukungan kebijakan dan pendanaan dari pemerintah untuk mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan yang berorientasi pada keberlanjutan.

Peluang

  1. Potensi Inovasi Lokal: Dengan dukungan pemerintah dan sektor swasta, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan inovasi lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik iklim tropis.
  2. Dukungan Ekosistem Pertanian Berkelanjutan: Banyak komunitas di Indonesia yang mulai beralih ke pertanian organik dan agroekologi. Ini adalah langkah awal untuk mendorong implementasi Agrikultur 5.0 dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
  3. Potensi Pasar Pangan Organik: Agrikultur 5.0 dapat meningkatkan produksi pangan organik yang diminati baik di pasar lokal maupun internasional. Hal ini membuka peluang untuk ekspor produk pertanian Indonesia yang lebih ramah lingkungan.

Peralihan dari Agrikultur 4.0 ke Agrikultur 5.0 menandai perubahan paradigma besar di sektor pertanian. Dari fokus yang semula lebih pada produktivitas dan efisiensi menuju pada orientasi yang berpusat pada manusia dan keberlanjutan lingkungan. Indonesia sebagai negara agraris dapat mengambil manfaat besar dari Agrikultur 5.0, dengan catatan bahwa tantangan-tantangan yang ada dapat diatasi melalui kerjasama pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Implementasi Agrikultur 5.0 di Indonesia tidak hanya akan memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga menciptakan sistem pertanian yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis teknologi yang bermanfaat bagi seluruh rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun