Untuk mengurangi ketergantungan ini, pendekatan berbasis hasil atau outcome-based budgeting bisa diterapkan, di mana alokasi anggaran fokus pada hasil yang dicapai daripada besarannya. Penggunaan teknologi seperti dashboard anggaran real-time juga memungkinkan evaluasi dan pengawasan efektif, mengarahkan program dengan dampak besar namun anggaran minimal. Insentif bagi kementerian atau lembaga yang efisien dalam penggunaan anggaran, serta kolaborasi antar kementerian dalam proyek lintas sektor, juga efektif untuk mengurangi ketergantungan pada anggaran besar.
Q2: Bagaimana digitalisasi dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran di kementerian dan lembaga?
Digitalisasi memungkinkan proses pengawasan anggaran secara real-time, transparan, dan berbasis data, sehingga keputusan penganggaran bisa diambil dengan lebih cepat dan akurat. Selain itu, teknologi memungkinkan integrasi lintas kementerian, memfasilitasi kerjasama dalam program yang membutuhkan anggaran minim namun berdampak besar. Dengan demikian, kementerian dapat melacak dan mengelola anggaran dengan lebih akurat dan responsif, mengurangi risiko pemborosan dan mempercepat pelaksanaan program.
Q3: Bagaimana reformasi sistem anggaran berbasis kinerja dapat mengubah budaya birokrasi di pemerintahan?
Dengan sistem anggaran berbasis kinerja, fokus birokrasi beralih dari jumlah alokasi anggaran menuju kualitas dan dampak hasil program. Ini mendorong kementerian untuk lebih inovatif dan efisien, menciptakan lingkungan kerja yang menekankan akuntabilitas dan pencapaian nyata. Budaya kerja ini juga memperkuat kapasitas pemerintahan untuk adaptif dan proaktif dalam menghadapi tantangan, membangun pola pikir bahwa anggaran yang efektif lebih baik daripada anggaran besar namun tidak efisien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H