Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Apakah Infrastuktur Indonesia Siap untuk Revitalisasi Industri?

19 Oktober 2024   16:08 Diperbarui: 19 Oktober 2024   16:51 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Revitalisasi industri menjadi topik yang semakin krusial di tengah dinamika global yang berubah cepat. Perubahan-perubahan dalam teknologi, pola konsumsi, dan tuntutan terhadap keberlanjutan telah menempatkan banyak negara, termasuk Indonesia, pada persimpangan penting dalam hal kesiapan infrastruktur. Infrastruktur tidak lagi hanya dipandang sebagai aspek fisik seperti jalan, pelabuhan, dan bandara, tetapi juga mencakup infrastruktur digital, energi, serta sumber daya manusia yang mumpuni. Revitalisasi industri memerlukan ekosistem yang mampu mendukung transformasi dan adaptasi tersebut, khususnya di era digital dan revolusi industri 4.0.

Mengapa Revitalisasi Industri Penting?

Indonesia saat ini berada di tengah gelombang perubahan global yang cepat. Dengan populasi yang terus tumbuh dan perubahan pola konsumsi masyarakat, sektor industri harus mampu beradaptasi untuk mempertahankan daya saingnya. Tanpa revitalisasi yang tepat, Indonesia bisa tertinggal dalam kompetisi global, khususnya dari negara-negara yang sudah mempersiapkan infrastruktur mereka lebih dahulu. Revitalisasi ini tidak hanya soal adopsi teknologi baru, melainkan bagaimana teknologi tersebut dapat diintegrasikan secara optimal dengan infrastruktur yang ada.

Sebagai negara berkembang dengan ambisi besar, Indonesia tidak bisa mengabaikan pentingnya infrastruktur yang tangguh untuk memperkuat basis industrinya. Pada tahun 2023, laporan Bank Dunia mencatat bahwa Indonesia perlu mempercepat pembangunan infrastrukturnya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Infrastruktur yang baik akan mempercepat distribusi barang, mengurangi biaya logistik, dan meningkatkan efisiensi produksi.

Infrastruktur Fisik: Tantangan Klasik dan Perkembangan Terkini

Dari segi infrastruktur fisik, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan klasik yang kerap menjadi hambatan dalam pengembangan industri. Letak geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau membuat distribusi barang dan jasa tidak merata. Masih banyak daerah yang belum terhubung dengan baik, khususnya di Indonesia bagian timur. Konektivitas infrastruktur seperti jalan raya, pelabuhan, dan bandara di beberapa wilayah masih terbatas, menyebabkan biaya logistik yang tinggi dan waktu pengiriman yang lama.

Namun, pemerintah telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk memperbaiki situasi ini. Program pembangunan infrastruktur yang masif sejak 2014, seperti tol Trans Jawa dan Trans Sumatera, pelabuhan laut dalam, serta pengembangan bandara internasional di berbagai wilayah, menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur fisik. Pada tahun 2022, Kementerian PUPR melaporkan bahwa total panjang jalan tol operasional di Indonesia telah mencapai lebih dari 2.500 kilometer, dengan target ekspansi signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Langkah ini dipandang penting dalam mengurangi biaya logistik yang saat ini masih menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Selain itu, pengembangan pelabuhan seperti Tanjung Priok dan Patimban diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri maritim Indonesia. Dengan pelabuhan yang lebih modern, biaya pengiriman barang ke pasar internasional dapat ditekan, memberikan keuntungan kompetitif bagi produk-produk ekspor Indonesia.

Infrastruktur Energi: Kunci Keberlanjutan Industri

Selain infrastruktur fisik, ketersediaan dan keandalan energi menjadi salah satu faktor kunci dalam mendukung revitalisasi industri. Industri manufaktur, yang menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional, sangat bergantung pada pasokan energi yang stabil dan terjangkau. Saat ini, Indonesia masih mengandalkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama, terutama batu bara. Namun, dengan meningkatnya kesadaran global terhadap isu perubahan iklim, ada tuntutan untuk melakukan transisi ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mulai mengembangkan infrastruktur energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Pada 2023, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencanangkan target bahwa 23% dari total energi yang digunakan pada tahun 2025 berasal dari sumber energi terbarukan. Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mencapai target emisi karbon yang lebih rendah serta menciptakan industri yang lebih berkelanjutan. Namun, tantangan yang dihadapi masih besar, terutama dalam hal investasi, regulasi, dan teknologi yang mendukung transisi energi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun