Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam manufaktur berkelanjutan, tetapi transformasi ini harus dimulai sekarang. Dengan kebijakan yang tepat, investasi dalam inovasi, dan komitmen terhadap keberlanjutan, sektor manufaktur Indonesia dapat menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan di masa depan.
Dari Inftrastruktur ke Manufaktur
Dalam dua dekade terakhir, Indonesia telah menunjukkan upaya signifikan dalam membangun infrastruktur yang kuat. Mulai dari jalan tol, bandara, hingga jaringan pelabuhan dan listrik, semuanya telah dikembangkan sebagai fondasi ekonomi. Namun, meskipun pembangunan infrastruktur terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi masih terjebak di kisaran 5%. Hal ini menimbulkan pertanyaan kritis: apa yang diperlukan agar Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi, katakanlah 8%, dan berkelanjutan dalam jangka panjang?
Jawabannya terletak pada sektor manufaktur. Infrastruktur memang penting sebagai fondasi, tetapi untuk mendorong ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih berkelanjutan, manufaktur harus menjadi mesin penggeraknya. Selanjutnya Kita akan membahas mengapa transisi dari fokus infrastruktur ke penguatan sektor manufaktur merupakan langkah strategis bagi Indonesia, serta bagaimana sektor ini dapat menjadi kunci pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Infrastruktur Sebagai Landasan, Bukan Tujuan Akhir
Pembangunan infrastruktur adalah langkah yang tak terbantahkan dalam proses industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Jalan raya yang luas, pelabuhan yang efisien, dan bandara yang modern memberikan aksesibilitas yang lebih baik bagi transportasi barang dan manusia. Hal ini memperlancar arus logistik dan mendukung peningkatan produktivitas ekonomi. Namun, infrastruktur, meski penting, hanyalah alat. Untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar, kita memerlukan sektor yang dapat memanfaatkan infrastruktur tersebut, dan di sinilah manufaktur memainkan perannya.
Jika kita melihat pengalaman negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan China, transformasi ekonomi mereka didorong oleh pertumbuhan pesat di sektor manufaktur, bukan hanya infrastruktur. Infrastruktur berfungsi sebagai penghubung, tetapi manufaktur adalah mesin penciptaan nilai. Di Indonesia, sektor manufaktur masih berpotensi besar untuk didorong menjadi penggerak utama ekonomi.
Manufaktur: Mesin Pertumbuhan dan Inovasi
Sektor manufaktur bukan hanya soal produksi massal barang-barang konsumsi, tetapi juga sumber inovasi teknologi dan peningkatan produktivitas. Ketika manufaktur berkembang, ia mendorong rantai pasok yang lebih efisien, menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi, dan meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia di pasar global.
Di era digitalisasi, manufaktur pun mengalami transformasi besar melalui teknologi seperti otomasi, robotika, kecerdasan buatan, dan Internet of Things (IoT). Revolusi Industri 4.0 memungkinkan manufaktur menjadi lebih efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Dengan adopsi teknologi-teknologi ini, Indonesia dapat memproduksi barang-barang yang lebih canggih, meningkatkan ekspor, serta mengurangi ketergantungan pada impor barang modal dan produk jadi.
Namun, untuk mencapai ini, Indonesia perlu melakukan transformasi industri secara komprehensif. Pergeseran fokus dari infrastruktur ke manufaktur harus diiringi dengan kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi, keterampilan tenaga kerja, dan inovasi di sektor ini.