Bagaimana Memacu Pertumbuhan Ekonomi 8% Setelah 10 Tahun Stagnan di 5%?
Selama satu dekade terakhir, perekonomian Indonesia terjebak dalam laju pertumbuhan rata-rata 5 persen per tahun. Angka ini, meskipun stabil, tidak cukup untuk mengatasi tantangan-tantangan pembangunan yang semakin kompleks, seperti pengangguran, ketimpangan sosial, dan kebutuhan akan modernisasi infrastruktur. Mempercepat pertumbuhan ekonomi menjadi 8 persen bukan hanya ambisi yang tinggi, tetapi juga menjadi kebutuhan untuk memastikan kesejahteraan yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia.
Pertanyaan yang mendasar adalah: bagaimana kita dapat memacu pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen setelah 10 tahun stagnasi di angka 5 persen? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu meninjau kembali dinamika ekonomi nasional, mengidentifikasi hambatan, dan merumuskan kebijakan yang relevan berdasarkan tren ekonomi global terbaru serta faktor-faktor domestik yang spesifik.
Stagnasi di 5 Persen: Apa yang Salah?
Pertumbuhan ekonomi 5 persen selama 10 tahun terakhir sering kali dipuji sebagai stabil dan sehat. Namun, angka ini mencerminkan laju yang lambat untuk negara dengan potensi ekonomi sebesar Indonesia. Ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di sekitar angka tersebut:
- Ketergantungan pada Komoditas: Sektor ekspor Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas, seperti batu bara, kelapa sawit, dan minyak. Ketika harga komoditas global berfluktuasi, hal ini mempengaruhi pendapatan ekspor dan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Diversifikasi ekonomi yang belum optimal menyebabkan volatilitas harga komoditas berdampak langsung pada stabilitas PDB.
- Infrastruktur yang Belum Optimal: Meskipun pemerintahan Jokowi telah memprioritaskan pembangunan infrastruktur, masih banyak wilayah yang belum tersentuh oleh konektivitas yang memadai. Tanpa infrastruktur yang solid---termasuk jalan raya, pelabuhan, dan bandara---pertumbuhan sektor-sektor kunci, seperti manufaktur dan pariwisata, akan terhambat.
- Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM): Meskipun Indonesia memiliki populasi yang besar, produktivitas tenaga kerja masih rendah. Kualitas pendidikan dan pelatihan kejuruan belum mampu menghasilkan tenaga kerja yang siap menghadapi revolusi industri 4.0. Keterbatasan ini mengekang potensi Indonesia untuk meningkatkan daya saing di pasar global.
- Kurangnya Investasi Asing dan Teknologi: Investasi langsung asing (FDI) di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Vietnam dan Thailand. Hal ini disebabkan oleh berbagai hambatan, termasuk regulasi yang rumit, birokrasi, dan ketidakpastian hukum. Selain itu, adopsi teknologi di sektor-sektor utama belum merata, sehingga memperlambat pertumbuhan produktivitas.
Strategi untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, Indonesia perlu menerapkan serangkaian strategi yang berfokus pada penguatan daya saing, peningkatan produktivitas, serta penyesuaian dengan tren global. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Diversifikasi Ekonomi
Indonesia perlu bergerak dari ketergantungan pada komoditas dan memperluas basis ekonomi ke sektor-sektor yang lebih berkelanjutan dan bernilai tambah tinggi, seperti manufaktur, teknologi informasi, dan pariwisata. Dalam jangka panjang, sektor jasa seperti teknologi finansial (fintech), pariwisata digital, dan ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru.
Diversifikasi juga berarti mendorong industrialisasi yang lebih luas, terutama di sektor manufaktur berteknologi tinggi. Investasi di sektor ini akan menciptakan lapangan kerja berkualitas dan meningkatkan nilai tambah produk ekspor. Pemerintah juga harus mendukung inovasi dan riset, serta memberikan insentif untuk industri yang berorientasi pada teknologi.
2. Revolusi Teknologi dan Digitalisasi