Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Membedah Kabinet Gemuk, Inikah Harga yang Harus Dibayar atas Nama Stabilitas?

16 Oktober 2024   20:36 Diperbarui: 16 Oktober 2024   20:37 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efektivitas Manajemen Pemerintahan

Selain faktor ekonomi dan politik, efektivitas manajemen pemerintahan adalah faktor kunci lainnya dalam menilai apakah kabinet gemuk menjadi beban atau tidak. Semakin banyak kementerian, semakin besar pula tantangan koordinasi. Kementerian yang bertanggung jawab atas sektor-sektor yang beririsan sering kali harus berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama, namun jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa menyebabkan tumpang tindih kebijakan dan inefisiensi.

Namun, perlu diingat bahwa ukuran kabinet bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan efektivitas pemerintahan. Kabinet yang kecil sekalipun bisa menjadi tidak efektif jika manajemen dan koordinasi antar-lembaga tidak berjalan dengan baik. Sebaliknya, kabinet yang gemuk bisa tetap efektif jika memiliki mekanisme koordinasi yang kuat, pembagian tugas yang jelas, serta pemimpin yang mampu mengarahkan setiap menteri untuk bekerja menuju tujuan yang sama.

Misalnya, negara-negara maju seperti Jerman dan Kanada memiliki kabinet yang relatif besar, namun tetap mampu menjaga efektivitas pemerintahan karena adanya sistem koordinasi yang baik dan pemisahan tugas yang jelas antara kementerian. Oleh karena itu, masalah bukan terletak pada ukuran kabinet semata, melainkan pada manajemen internalnya.

Kabinet Gemuk dalam Konteks Transformasi Ekonomi

Dalam konteks Indonesia yang sedang menghadapi tantangan besar seperti transformasi ekonomi dan perubahan iklim global, kabinet yang gemuk justru bisa menjadi potensi besar jika dibentuk dengan fokus pada sektor-sektor strategis. Dengan adanya kementerian yang fokus pada inovasi teknologi, pengembangan sumber daya manusia, serta penanganan isu-isu lingkungan, Indonesia bisa lebih siap menghadapi tantangan global.

Sebagai contoh, sektor energi terbarukan adalah salah satu bidang yang memiliki potensi besar untuk masa depan. Jika ada kementerian khusus yang fokus pada pengembangan energi bersih dan terbarukan, maka Indonesia dapat lebih cepat beralih dari ketergantungan pada energi fosil, sekaligus meningkatkan daya saing di pasar internasional.

Demikian pula, sektor ekonomi digital yang semakin berkembang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Penambahan kementerian yang fokus pada ekonomi digital bisa mempercepat pertumbuhan sektor ini, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kontribusi sektor teknologi terhadap PDB nasional. Dengan demikian, kabinet yang gemuk tidak serta merta menjadi beban, tetapi bisa menjadi alat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor yang sedang berkembang.

Potensi untuk Pembangunan yang Inklusif

Salah satu alasan lain mengapa kabinet gemuk tidak otomatis menjadi beban adalah potensinya untuk menciptakan pemerintahan yang lebih inklusif. Dalam negara dengan wilayah yang luas dan keragaman sosial yang tinggi seperti Indonesia, penambahan kementerian bisa membantu dalam memberikan perhatian yang lebih spesifik pada kebutuhan daerah-daerah tertentu atau kelompok masyarakat yang selama ini kurang terwakili.

Sebagai contoh, kementerian yang berfokus pada pengembangan kawasan perbatasan, pemberdayaan perempuan, atau pembangunan desa dapat memastikan bahwa kebijakan pemerintah lebih merata dan inklusif. Dengan demikian, setiap kelompok masyarakat dapat merasakan manfaat dari pembangunan, dan tidak ada yang tertinggal dalam proses pertumbuhan ekonomi nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun