Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ketika Pengusaha Masuk Parlemen

14 Oktober 2024   08:23 Diperbarui: 14 Oktober 2024   08:23 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Parlemen dan Tantangan Transparansi

Dominasi pebisnis di parlemen menimbulkan tantangan serius dalam hal transparansi dan akuntabilitas. Dalam sistem demokrasi, parlemen seharusnya menjadi representasi dari berbagai kepentingan masyarakat. Namun, dengan semakin banyaknya pengusaha yang menduduki posisi penting, kekhawatiran muncul bahwa parlemen lebih menjadi alat untuk melayani kepentingan bisnis daripada kepentingan rakyat.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa parlemen bisa menjadi sarang bagi praktik korupsi dan kolusi. Ketika pengusaha memiliki kekuatan di parlemen, mereka mungkin lebih mudah untuk mendapatkan akses ke proyek-proyek pemerintah, perizinan usaha, dan kontrak bisnis lainnya. Hal ini membuka peluang besar bagi praktik korupsi dan suap. Dalam jangka panjang, hal ini dapat merusak fondasi demokrasi dan menurunkan kualitas pemerintahan.

Jalan Keluar: Reformasi Sistem Politik dan Ekonomi

Untuk mengatasi dominasi pengusaha di parlemen dan mencegah praktik kapitalisme kroni, reformasi mendasar diperlukan baik dalam sistem politik maupun ekonomi. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  1. Pembatasan Konflik Kepentingan: Pemerintah harus menerapkan aturan yang lebih ketat terkait konflik kepentingan bagi anggota parlemen yang berasal dari kalangan pengusaha. Setiap anggota parlemen yang memiliki hubungan bisnis harus transparan mengenai kepentingan ekonominya dan dilarang terlibat dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan bisnis pribadinya.
  2. Penguatan Regulasi dan Pengawasan: Regulasi yang lebih ketat terkait kampanye pemilu dan pendanaan politik harus diterapkan. Ini akan mengurangi ketergantungan calon legislatif pada modal besar dan membuka peluang bagi kandidat yang berasal dari berbagai latar belakang sosial.
  3. Pendidikan Politik dan Kewarganegaraan: Masyarakat harus lebih terlibat dalam politik melalui pendidikan politik yang lebih baik. Pemilih yang lebih sadar akan pentingnya memilih kandidat yang memiliki integritas dan tidak hanya berfokus pada kekayaan pribadi dapat membantu mengurangi dominasi pebisnis di parlemen.
  4. Peran Media yang Lebih Netral: Media massa harus lebih netral dalam melaporkan isu-isu politik dan ekonomi. Pengawasan publik terhadap media juga harus diperkuat agar informasi yang disajikan lebih objektif dan tidak berpihak pada kepentingan pengusaha.

Mewaspadai Kapitalisme Kroni di Parlemen Indonesia

Dominasi pengusaha di parlemen adalah fenomena yang perlu diwaspadai. Meskipun kehadiran pengusaha di dunia politik bisa memberikan wawasan yang berguna dalam hal manajemen ekonomi, potensi terciptanya kapitalisme kroni dan konflik kepentingan sangat besar. Reformasi sistem politik dan ekonomi diperlukan untuk memastikan bahwa parlemen tetap menjadi institusi yang mewakili kepentingan seluruh rakyat, bukan hanya segelintir elite bisnis.

Dengan reformasi yang tepat, Indonesia bisa menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan politik, serta memastikan bahwa parlemen tetap berfungsi sebagai penjaga demokrasi dan penegak keadilan sosial. Pemisahan yang jelas antara kekuasaan politik dan kepentingan bisnis harus menjadi prioritas untuk menciptakan perekonomian yang lebih inklusif dan adil bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun