Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Roman

Diamond Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata: Berlian dalam Setiap Kata

12 Oktober 2024   13:52 Diperbarui: 12 Oktober 2024   16:37 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlian dalam Setiap Kata
Untuk Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata

Ada cerita yang terpatri dalam setiap hela napas usia, setiap langkah di tanah yang menyimpan jejak perjalanan panjang. Seperti lembaran buku kuno yang telah berdebu, namun selalu membuka lembaran baru. Di usia senja, berlian cinta itu semakin cemerlang, tak terpecahkan oleh waktu, tak tergoyahkan oleh badai kehidupan.

Tersebutlah sebuah kisah cinta yang telah melewati enam puluh tahun. Sebuah perjalanan yang dimulai dengan sapa sederhana, senyum yang tak bisa diingkari pesonanya. Dua jiwa bertemu dalam ketenangan pagi, dalam keheningan yang penuh arti. Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina, dua nama yang kini terpatri dalam sejarah keluarga, namun lebih dari itu---mereka adalah legenda hidup yang menolak tunduk pada lekuk-lekuk usia.

Waktu adalah pelukis yang tak pernah berhenti. Ia melukiskan kisah mereka di atas kanvas kehidupan, menggoreskan warna-warna yang pekat, kadang lembut, kadang penuh badai. Setiap titik adalah peristiwa, setiap goresan adalah makna yang menyatu dalam cinta. Seperti berlian, setiap lapisan cinta mereka tak pernah memudar---ia hanya semakin berkilau.

Bayangan Cahaya di Balik Keriput

Lihatlah wajah-wajah mereka. Keriput yang menghiasi kulit itu bukanlah tanda lelah; itu adalah peta yang menunjukkan jalan panjang yang telah mereka lalui bersama. Setiap garis adalah saksi bisu dari tawa yang mereka bagikan, dari air mata yang pernah mereka hapuskan. Ada kedalaman di balik keriput itu---kedalaman jiwa yang hanya dimiliki oleh mereka yang telah bertahan bersama selama enam puluh tahun.

Seperti berlian yang terbentuk dalam tekanan, cinta mereka tak pernah goyah oleh waktu. Justru semakin kuat, semakin tak terbantahkan. Di setiap kata yang terucap dari bibir mereka, ada kisah yang tak terucapkan---sebuah kisah yang hanya bisa dipahami oleh dua hati yang telah saling mengenal begitu dalam.

Mereka tak lagi butuh banyak kata. Setiap tatapan adalah kalimat, setiap sentuhan adalah paragraf. Kata-kata menjadi batu permata yang mereka rangkai dalam keheningan, di antara detik-detik yang berjatuhan. Di balik sunyi, ada keintiman yang tak bisa diraba oleh siapa pun selain mereka berdua.

Perjalanan Menuju Abadi

Di balik perjalanan panjang ini, ada sebuah pelajaran penting tentang waktu. Bahwa waktu bukanlah musuh, melainkan teman yang menuntun mereka dari satu musim ke musim berikutnya. Dari masa muda yang penuh gairah hingga usia senja yang penuh ketenangan. Mereka telah menari bersama waktu, melangkah selaras dengan denyut kehidupan yang tak pernah berhenti.

Setiap perayaan, setiap momen, adalah pengingat bahwa cinta sejati tidak memerlukan gemerlap. Ia tidak butuh pesta yang mewah, tidak butuh pujian yang berlebihan. Cinta sejati adalah tentang bertahan, tentang mengerti bahwa kehidupan adalah perjalanan panjang yang dipenuhi oleh liku-liku yang tak terduga. Mereka adalah dua orang yang mengerti bahwa cinta tidak akan pernah sempurna, tetapi cinta adalah tentang saling memperbaiki, saling melengkapi.

Di dalam rumah mereka, tidak ada hal yang lebih berharga dari kebersamaan. Mereka tidak butuh berlian di jari, karena mereka telah memiliki berlian dalam setiap kata yang mereka ucapkan. Setiap detik yang mereka habiskan bersama adalah perhiasan yang jauh lebih bernilai dari harta apa pun. Kebersamaan adalah berlian sejati---tangguh, tak tergantikan, dan tak ternilai harganya.

Berlian dalam Setiap Kata

Kini, saat waktu mengantar mereka menuju perayaan enam puluh tahun kebersamaan, kita melihat mereka sebagai bukti hidup bahwa cinta sejati tidak pernah pudar. Berlian dalam setiap kata yang mereka ucapkan adalah warisan bagi anak cucu mereka, warisan yang tak ternilai harganya. Setiap kalimat yang keluar dari bibir mereka adalah cerminan dari perjalanan panjang yang penuh makna.

Cinta mereka telah menjadi berlian---abadi, tak terbantahkan, dan tak tergoyahkan oleh arus waktu. Berlian ini tidak perlu dipamerkan, tidak perlu dibanggakan dengan kata-kata besar. Ia bersinar dengan sendirinya, di dalam hati mereka yang telah saling mencintai selama enam puluh tahun.

Dan ketika mereka saling memandang di usia senja ini, kita tahu, ada sesuatu yang lebih berharga dari sekadar perhiasan. Ada cinta yang tak pernah usang, cinta yang tak memerlukan apologi, cinta yang telah melewati segala cobaan, namun tetap berdiri tegak, berkilau seperti berlian di dalam kegelapan.

Berlian dalam setiap kata ini adalah kisah abadi Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata. Sebuah kisah yang akan terus dikenang, bukan karena gemerlap kemewahan, tetapi karena cinta yang murni dan tak tergoyahkan. Seperti berlian, cinta mereka akan terus bersinar di hati mereka dan di hati orang-orang yang mencintai mereka. Cinta ini adalah pelajaran bagi kita semua, bahwa meskipun waktu terus berputar, cinta sejati akan selalu menemukan cara untuk bertahan dan bersinar lebih terang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun