Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Roman

Diamond Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata: Berlian yang Kami Asah

10 Oktober 2024   16:11 Diperbarui: 10 Oktober 2024   16:48 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Kilasan Berlian di Generasi Selanjutnya

Generasi kedua dan ketiga mulai memahami bahwa cinta Opa dan Oma adalah warisan yang tak ternilai. Mereka melihat bahwa di tengah-tengah derasnya arus perubahan sosial, di mana nilai-nilai pernikahan dan komitmen terkadang dipertanyakan, cinta Opa dan Oma tetap teguh seperti berlian yang tak tergoyahkan oleh zaman.

Dalam sebuah pertemuan keluarga besar, seorang cucu bertanya, "Apa rahasia kebahagiaan Opa dan Oma?".

Opa, dengan suara lembut yang penuh kebijaksanaan, menjawab, "Tidak ada rahasia. Hanya kesederhanaan cinta yang kami pupuk setiap hari. Kami tidak pernah mencari kebahagiaan di luar diri kami. Kami menemukannya di sini, di antara tangan kami yang saling menggenggam, di mata yang selalu kembali bertemu, dan di hati yang tak pernah berhenti bergetar satu sama lain."

Bagi generasi yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi, di mana hubungan seringkali bersifat sementara dan cepat, cinta Opa dan Oma terasa seperti perhiasan langka yang tak ternilai. Mereka mulai belajar bahwa cinta bukanlah tentang intensitas perasaan yang seketika, melainkan tentang kedalaman yang dibangun melalui waktu, kesabaran, dan pengorbanan.

Berlian yang Kami Bentuk Bersama

Dalam perayaan Diamond Wedding mereka, Opa dan Oma dikelilingi oleh anak-anak, cucu, dan cicit. Semua generasi yang hadir di situ bukan hanya merayakan usia panjang pernikahan, tetapi juga sebuah cinta yang telah mewujud menjadi warisan nyata bagi keluarga.

Saat perayaan mencapai puncaknya, Opa berdiri dari kursinya, dan dengan lembut menarik tangan Oma. Mereka menari pelan di tengah ruangan, disaksikan oleh keluarga besar mereka. Musik yang mengalun membawa semua orang ke dalam suasana hening, penuh rasa syukur. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan, karena cinta yang terpancar dari tatapan mereka sudah lebih dari cukup untuk bercerita.

Di momen itu, Opa memandang ke arah Oma, matanya berkilau seperti berlian yang telah melalui jutaan tahun pembentukan. "Kita telah membentuk berlian kita sendiri, Roselina," bisiknya dengan lembut.

Oma tersenyum, mata tuanya berkilauan dengan air mata haru. "Ya, dan berlian itu akan terus berkilau di hati generasi kita."

Renungan Terakhir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun