Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Diamong Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata : Kilau Berlian, Kilau Cinta.

10 Oktober 2024   05:14 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:48 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Cahaya senja meredup di langit kota, tapi di sebuah rumah tua, sinar lain memancar terang---kilauan yang lahir dari cinta yang telah bertahan selama enam puluh tahun. Di ruang tamu, Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina duduk berdampingan, seperti dua berlian yang menyinari hidup mereka dan orang-orang di sekitarnya. Waktu mungkin telah meninggalkan jejaknya di kulit yang mulai menua, tapi dalam hati, cinta mereka tetap bersinar dengan kekuatan yang sama, bahkan lebih dalam.

Bukan perjalanan yang mudah, tidak sesederhana tampaknya. Enam puluh tahun bersama bukan sekadar rentang waktu yang dilewati dengan mulus. Ada gelombang, badai, dan terkadang gurun yang gersang, tapi seperti berlian yang terbentuk dari tekanan, cinta mereka semakin kokoh oleh ujian yang datang. Setiap tantangan yang dihadapi bersama menjadikan mereka lebih kuat, lebih bersatu, dan lebih berkilau.

Pada tahun-tahun pertama pernikahan mereka, cinta mereka masih muda, seperti permata kasar yang baru ditemukan. Tjiptadinata, dengan semangat muda yang membara, memulai perjalanan hidup bersama Roselina dengan keyakinan bahwa cinta mereka akan mampu menaklukkan dunia. Roselina, dengan senyum lembutnya yang selalu menenangkan, adalah tempat di mana Tjiptadinata menemukan kedamaian di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Namun, seperti semua pasangan, jalan hidup mereka bukan tanpa hambatan. Pada suatu masa, ketika dunia dilanda krisis ekonomi, mereka harus menghadapi tantangan besar. Usaha yang dirintis Tjiptadinata nyaris runtuh, dan keluarga kecil mereka terancam. Ada malam-malam panjang ketika tidur tak datang, hanya kekhawatiran yang hinggap di benak. Di situlah cinta diuji---bukan dengan janji-janji manis, tapi dengan keteguhan hati.

Di saat-saat itu, Roselina menunjukkan kekuatan cinta yang sejati. Ia tak pernah membiarkan Tjiptadinata terjatuh terlalu dalam pada keputusasaan. Dengan lembut namun tegas, ia selalu mengingatkan bahwa setiap badai pasti berlalu, dan di balik setiap kegelapan, ada cahaya. Bukan hanya kata-kata yang ia berikan, tapi keberanian untuk tetap bertahan di sisi suaminya, apapun yang terjadi.

Di tengah-tengah badai itu, mereka menemukan cahaya baru. Usaha yang sempat terpuruk perlahan bangkit kembali, dan bersama itu, hubungan mereka semakin mengakar. Tidak ada lagi cinta yang sekadar dipenuhi gairah muda; yang ada adalah cinta yang lebih tenang, lebih dalam, seperti kilauan berlian yang sempurna setelah digosok berkali-kali.

Tahun-tahun berlalu, anak-anak mereka tumbuh besar, dan satu per satu meninggalkan rumah untuk membangun kehidupan mereka sendiri. Rumah yang dulu ramai dengan tawa dan tangis anak-anak, kini lebih sepi. Namun, di balik keheningan itu, ada kedamaian yang tak ternilai harganya. Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina menemukan kembali satu sama lain, dalam keheningan yang penuh makna. Mereka tak lagi perlu banyak kata-kata untuk saling memahami; cukup dengan satu tatapan, satu sentuhan ringan, sudah dapat mengungkapkan apa yang dirasa.

Pada perayaan diamond wedding mereka, keluarga besar berkumpul. Anak-anak, cucu-cucu, bahkan cicit---semua hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Di tengah keramaian, Tjiptadinata dan Roselina duduk bersama, tangan mereka saling menggenggam erat. Tak perlu kata-kata besar untuk menjelaskan cinta yang telah mereka bangun selama enam puluh tahun. Senyuman kecil di wajah mereka sudah cukup menjadi bukti bahwa cinta itu masih ada, dan akan selalu ada.

Seperti berlian yang memancarkan kilauan abadi, cinta mereka adalah sesuatu yang tak bisa direnggut oleh waktu. Enam puluh tahun bukan hanya perjalanan panjang yang dilalui dengan suka duka, tapi juga sebuah proses pembentukan---seperti berlian yang ditempa oleh tekanan waktu, hingga menjadi sesuatu yang tak tergantikan. Cinta itu terus bersinar, meskipun tubuh mungkin telah melemah, meskipun waktu tak lagi memberi mereka banyak kesempatan untuk bersama.

Namun, apa yang mereka miliki adalah abadi. Setiap kenangan yang telah mereka buat bersama, setiap tawa, setiap air mata, semuanya adalah bagian dari berlian itu---sebuah mahakarya yang tak bisa diukur dengan apapun di dunia ini. Cinta itu bukan hanya sekadar milik mereka berdua lagi, tapi juga milik semua orang yang ada di sekitar mereka, menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya tentang apa arti sebenarnya dari cinta sejati.

Cinta mereka adalah kilauan yang tak akan pernah padam, terus menerangi hingga ke masa depan. Seperti berlian yang tak bisa tergores oleh waktu, cinta mereka akan selalu menjadi cahaya yang membimbing, bagi mereka yang ingin memahami arti cinta dalam kesederhanaan, keteguhan, dan kebersamaan yang hakiki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun