Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diamond Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata: Kilau Cipta Tak Terpadamkan

9 Oktober 2024   20:11 Diperbarui: 9 Oktober 2024   20:22 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kilau berlian terpantul di sudut mata,
Menari dalam senyum senja yang berdua.
Seperti sungai yang tak pernah kering,
Cinta ini terus mengalir, tak pernah henti menggeliat.

Lima puluh tahun---bukan waktu yang singkat,
Namun dirimu berdua, Opa dan Oma, menari di atas waktu,
Melintasi ribuan hari, melampaui musim berganti,
Memeluk pagi dengan harapan, menggapai malam dengan tenang.

Kilau berlian itu bukan hanya permata,
Namun kenangan yang terpatri di setiap detak,
Langkah-langkah kecil di taman pagi,
Bisikan lembut di senja hari.

Cinta dirimu berdua, Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina,
Adalah puisi yang tak pernah selesai ditulis.
Setiap goresan tangan, setiap hela napas,
Adalah saksi perjalanan, bukti keabadian rasa.

Waktu mungkin berlalu dengan cepat,
Namun kilau cinta tak pernah pudar.
Dalam setiap tatapan, dalam setiap genggaman,
Terlihat janji yang tak pernah tergantikan.

Ada badai yang dirimu berdua lewati,
Ada hujan yang pernah deras menghujam,
Namun seperti berlian yang ditempa api,
Cinta dirimu berdua justru semakin cemerlang.

Kepada dunia, dirimu berdua tunjukkan,
Bahwa cinta bukan sekadar kata,
Tapi kilau abadi yang tak terpadamkan,
Seperti bintang di langit malam yang tenang.

Di atas altar waktu, dirimu berdua berdua berdiri,
Dengan mata yang saling bertaut,
Kilau berlian itu tak hanya simbol,
Tapi nyanyian jiwa yang tak terhenti.

Berlian yang menyala dalam kalbu,
Adalah cinta yang telah menempa dirimu berdua,
Menjadi saksi dari segala suka duka,
Menyatukan jiwa dalam satu detak.

Dan kini, di bawah sinar lembut mentari sore,
Cinta dirimu berdua berkilau lebih terang,
Menyinari jalan yang telah dirimu berdua tapaki,
Menjadi mercusuar bagi generasi yang akan datang.

Opa Tjiptadinata, Oma Roselina,
Dalam dirimu berdua, cinta menemukan rumahnya,
Tak terpadamkan oleh waktu,
Seperti berlian yang abadi,
Cinta dirimu berdua adalah keajaiban yang tak tergantikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun