Di Payakumbuh, branding sebagai "City of Randang" dapat meningkatkan rasa bangga masyarakat terhadap warisan kuliner mereka. Masyarakat tidak hanya akan merasa bahwa rendang adalah bagian dari sejarah mereka, tetapi juga bagian dari masa depan mereka. Kebanggaan ini akan memicu warga untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang mendukung city branding, seperti pengembangan UMKM kuliner, festival budaya, dan promosi pariwisata.
Tantangan dalam Implementasi City Branding
Meskipun city branding menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Payakumbuh dalam mewujudkan ambisi ini. Salah satu tantangan terbesar adalah membangun infrastruktur yang mendukung. Tanpa fasilitas yang memadai, seperti akses transportasi, akomodasi yang nyaman, dan promosi yang efektif, city branding bisa sulit untuk diimplementasikan.
Selain itu, Payakumbuh harus mampu bersaing dengan daerah lain yang juga memiliki klaim terhadap rendang sebagai bagian dari warisan kuliner mereka, seperti Kota Padang dan Bukittinggi. Oleh karena itu, Payakumbuh perlu menemukan cara untuk membedakan dirinya dan menjadikan branding "City of Randang" sebagai sesuatu yang unik dan menarik.
City branding bukan sekadar alat pemasaran, tetapi juga strategi untuk membangun identitas kota yang kuat dan berkelanjutan. Bagi Payakumbuh, branding sebagai "City of Randang" tidak hanya menawarkan peluang ekonomi melalui kuliner rendang, tetapi juga meningkatkan daya saing kota, kebanggaan masyarakat, dan keberlanjutan budaya lokal. Dengan menghadapi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang secara maksimal, Payakumbuh dapat mengukir namanya di peta dunia sebagai pusat rendang global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H