Dalam beberapa tahun terakhir, Open Banking telah menjadi salah satu inovasi paling signifikan dalam dunia keuangan. Sistem ini memungkinkan lembaga keuangan untuk berbagi data nasabah dengan pihak ketiga melalui Application Programming Interface (API), yang secara langsung membuka jalan bagi terciptanya layanan keuangan yang lebih personal, efisien, dan inklusif. Di banyak negara, terutama di kawasan Eropa melalui Revised Payment Services Directive (PSD2), Open Banking telah diimplementasikan secara luas dan mulai menghasilkan dampak positif yang signifikan. Namun, bagaimana dengan Indonesia? Seberapa matang industri keuangan di negara ini dalam mengadopsi konsep Open Banking?
Konsep Open Banking dan Perkembangannya di Indonesia
Open Banking adalah sebuah model layanan keuangan di mana bank dan lembaga keuangan lainnya berbagi data nasabah secara aman dengan fintech atau perusahaan teknologi pihak ketiga. Data ini dapat mencakup informasi transaksi, profil kredit, dan detail keuangan lainnya, yang memungkinkan pihak ketiga untuk mengembangkan produk dan layanan yang lebih inovatif dan terarah.
Namun, meskipun Open Banking terdengar sebagai konsep yang menjanjikan, tingkat adopsinya di Indonesia masih terbilang berada dalam tahap awal. Sebagai negara berkembang dengan potensi besar di bidang teknologi finansial (fintech), Indonesia memiliki banyak tantangan dalam mendorong implementasi penuh Open Banking. Hal ini terlihat dari kerangka regulasi yang masih dalam pengembangan, infrastruktur teknologi yang belum sepenuhnya matang, serta tingkat literasi digital yang masih bervariasi di kalangan masyarakat.
Untuk mengukur kematangan industri keuangan Indonesia dalam mengadopsi Open Banking, ada beberapa indikator utama yang perlu diperhatikan. Setiap indikator ini dapat memberikan gambaran mengenai sejauh mana ekosistem keuangan di Indonesia siap untuk menerapkan sistem ini secara menyeluruh.
1. Regulasi yang Mendukung dan Perlindungan Data
Salah satu elemen paling penting dalam mengukur kematangan adopsi Open Banking adalah regulasi yang mengatur penggunaan dan pembagian data keuangan. Di Eropa, regulasi PSD2 yang diimplementasikan sejak 2018 memberikan kerangka yang jelas mengenai bagaimana bank dan pihak ketiga harus beroperasi dalam berbagi data nasabah. Regulasi ini menetapkan standar keamanan yang ketat serta memastikan bahwa data hanya dapat dibagikan dengan persetujuan nasabah.
Di Indonesia, regulasi terkait Open Banking masih dalam tahap pengembangan. Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperkenalkan beberapa kebijakan yang mendukung inovasi digital di sektor keuangan, termasuk Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang berfokus pada integrasi digital dan keamanan data. Namun, regulasi khusus yang mengatur Open Banking dan pembagian data nasabah masih dalam proses.
Perlindungan data menjadi aspek kunci dalam hal ini, karena kepercayaan nasabah adalah fondasi dari Open Banking. Ketika regulasi tentang keamanan data dan persetujuan pengguna belum sepenuhnya matang, industri keuangan akan menghadapi tantangan besar dalam mendorong adopsi Open Banking secara luas.
2. Infrastruktur Teknologi dan Integrasi API
Adopsi Open Banking sangat bergantung pada infrastruktur teknologi yang mendukung. Di negara-negara maju, pengembangan API menjadi tulang punggung dari ekosistem Open Banking yang sukses. API memungkinkan bank dan pihak ketiga untuk berkomunikasi secara aman dan efisien, berbagi data secara real-time, dan menciptakan inovasi layanan keuangan yang lebih relevan dengan kebutuhan pengguna.
Di Indonesia, infrastruktur API masih terus berkembang. Beberapa bank besar telah mulai mengembangkan platform Open API mereka sendiri untuk memungkinkan integrasi dengan fintech. Namun, tingkat adopsi ini masih terbatas pada beberapa pemain utama di industri perbankan, sementara bank-bank kecil dan menengah masih menghadapi tantangan dalam hal pengembangan teknologi ini.
Keterbatasan infrastruktur ini menciptakan kesenjangan antara bank yang sudah lebih maju secara digital dengan yang masih dalam proses transformasi. Untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi, adopsi API yang lebih luas dan standarisasi teknologi menjadi hal yang esensial.
3. Kolaborasi antara Bank dan Fintech
Tingkat kematangan Open Banking juga dapat diukur dari sejauh mana kolaborasi antara bank dan fintech terjadi. Di beberapa negara maju, bank dan fintech sering kali bekerja sama dalam menciptakan layanan keuangan baru yang memanfaatkan data nasabah secara inovatif. Di Indonesia, kolaborasi semacam ini masih dalam tahap berkembang, meskipun sudah mulai menunjukkan potensi besar.
Salah satu contoh kolaborasi yang mulai terbentuk adalah kemitraan antara bank-bank besar dengan startup fintech untuk menciptakan solusi pembayaran digital, pinjaman mikro, dan pengelolaan keuangan personal. Namun, untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi, diperlukan lebih banyak kolaborasi di seluruh spektrum layanan keuangan. Kolaborasi yang lebih erat antara bank dan fintech akan menghasilkan ekosistem keuangan yang lebih inklusif, di mana nasabah mendapatkan manfaat dari inovasi yang lebih personal dan mudah diakses.
4. Literasi Digital dan Kepercayaan Masyarakat
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam mengukur kematangan adopsi Open Banking di Indonesia adalah literasi digital masyarakat. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap teknologi finansial, perlindungan data, dan keamanan digital menjadi kunci dalam memastikan adopsi yang sukses.
Menurut data dari beberapa lembaga penelitian, tingkat literasi digital di Indonesia masih bervariasi, terutama di luar kawasan perkotaan. Ini menjadi tantangan dalam memperkenalkan konsep Open Banking kepada masyarakat luas. Meskipun masyarakat urban dan kalangan yang lebih muda lebih cepat dalam mengadopsi teknologi finansial, masih banyak nasabah yang belum memahami sepenuhnya bagaimana data keuangan mereka akan digunakan dan dilindungi dalam sistem Open Banking.
Untuk meningkatkan kematangan adopsi, diperlukan upaya edukasi yang lebih intensif dari pihak bank, fintech, dan regulator. Selain itu, membangun kepercayaan nasabah melalui transparansi dan perlindungan data yang ketat juga menjadi faktor penting dalam mendorong adopsi Open Banking di Indonesia.
5. Inovasi Produk dan Layanan Berbasis Open Banking
Tingkat kematangan Open Banking juga dapat dilihat dari sejauh mana inovasi produk dan layanan keuangan yang telah dihasilkan melalui kolaborasi ini. Di Indonesia, beberapa inovasi telah muncul, seperti layanan pinjaman digital, solusi pembayaran lintas platform, dan aplikasi pengelolaan keuangan personal. Namun, jumlah inovasi ini masih terbatas dibandingkan dengan potensi yang ada.
Ke depan, dengan semakin matangnya adopsi Open Banking, diharapkan akan muncul lebih banyak inovasi yang memanfaatkan data nasabah untuk menciptakan layanan yang lebih personal, efisien, dan inklusif. Industri keuangan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi lebih kompetitif dan relevan di era digital, asalkan dapat memanfaatkan teknologi Open Banking secara optimal.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Mengukur tingkat kematangan industri keuangan terkait adopsi Open Banking di Indonesia adalah proses yang kompleks, melibatkan berbagai faktor mulai dari regulasi, infrastruktur teknologi, hingga literasi digital masyarakat. Meskipun Indonesia masih berada pada tahap awal dalam implementasi Open Banking, tanda-tanda kemajuan sudah mulai terlihat, terutama melalui kolaborasi antara bank dan fintech serta pengembangan infrastruktur API.
Namun, untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk regulator, bank, fintech, dan masyarakat. Regulasi yang mendukung, perlindungan data yang kuat, serta edukasi digital yang lebih intensif menjadi kunci dalam mendorong adopsi Open Banking secara lebih luas di Indonesia.
Dengan potensi inovasi yang besar dan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya teknologi dalam sektor keuangan, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi salah satu pemimpin dalam adopsi Open Banking di kawasan Asia Tenggara. Ekosistem keuangan yang lebih matang akan membuka jalan bagi terciptanya layanan keuangan yang lebih inklusif, adil, dan relevan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI