Di Indonesia, infrastruktur API masih terus berkembang. Beberapa bank besar telah mulai mengembangkan platform Open API mereka sendiri untuk memungkinkan integrasi dengan fintech. Namun, tingkat adopsi ini masih terbatas pada beberapa pemain utama di industri perbankan, sementara bank-bank kecil dan menengah masih menghadapi tantangan dalam hal pengembangan teknologi ini.
Keterbatasan infrastruktur ini menciptakan kesenjangan antara bank yang sudah lebih maju secara digital dengan yang masih dalam proses transformasi. Untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi, adopsi API yang lebih luas dan standarisasi teknologi menjadi hal yang esensial.
3. Kolaborasi antara Bank dan Fintech
Tingkat kematangan Open Banking juga dapat diukur dari sejauh mana kolaborasi antara bank dan fintech terjadi. Di beberapa negara maju, bank dan fintech sering kali bekerja sama dalam menciptakan layanan keuangan baru yang memanfaatkan data nasabah secara inovatif. Di Indonesia, kolaborasi semacam ini masih dalam tahap berkembang, meskipun sudah mulai menunjukkan potensi besar.
Salah satu contoh kolaborasi yang mulai terbentuk adalah kemitraan antara bank-bank besar dengan startup fintech untuk menciptakan solusi pembayaran digital, pinjaman mikro, dan pengelolaan keuangan personal. Namun, untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi, diperlukan lebih banyak kolaborasi di seluruh spektrum layanan keuangan. Kolaborasi yang lebih erat antara bank dan fintech akan menghasilkan ekosistem keuangan yang lebih inklusif, di mana nasabah mendapatkan manfaat dari inovasi yang lebih personal dan mudah diakses.
4. Literasi Digital dan Kepercayaan Masyarakat
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam mengukur kematangan adopsi Open Banking di Indonesia adalah literasi digital masyarakat. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap teknologi finansial, perlindungan data, dan keamanan digital menjadi kunci dalam memastikan adopsi yang sukses.
Menurut data dari beberapa lembaga penelitian, tingkat literasi digital di Indonesia masih bervariasi, terutama di luar kawasan perkotaan. Ini menjadi tantangan dalam memperkenalkan konsep Open Banking kepada masyarakat luas. Meskipun masyarakat urban dan kalangan yang lebih muda lebih cepat dalam mengadopsi teknologi finansial, masih banyak nasabah yang belum memahami sepenuhnya bagaimana data keuangan mereka akan digunakan dan dilindungi dalam sistem Open Banking.
Untuk meningkatkan kematangan adopsi, diperlukan upaya edukasi yang lebih intensif dari pihak bank, fintech, dan regulator. Selain itu, membangun kepercayaan nasabah melalui transparansi dan perlindungan data yang ketat juga menjadi faktor penting dalam mendorong adopsi Open Banking di Indonesia.
5. Inovasi Produk dan Layanan Berbasis Open Banking
Tingkat kematangan Open Banking juga dapat dilihat dari sejauh mana inovasi produk dan layanan keuangan yang telah dihasilkan melalui kolaborasi ini. Di Indonesia, beberapa inovasi telah muncul, seperti layanan pinjaman digital, solusi pembayaran lintas platform, dan aplikasi pengelolaan keuangan personal. Namun, jumlah inovasi ini masih terbatas dibandingkan dengan potensi yang ada.