Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Nature

Antisipasi dan Solusi Dampak Deforestri terhadap Urbanisasi dan Kehidupan Sosial

29 September 2024   11:09 Diperbarui: 29 September 2024   11:13 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deforestasi atau kerusakan hutan telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak di dunia, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia. Namun, dampaknya tidak terbatas pada ekosistem alam saja; kerusakan hutan juga memiliki konsekuensi sosial yang mendalam, khususnya terkait dengan pola migrasi dan urbanisasi. 

Dalam beberapa dekade terakhir, robohnya hutan-hutan besar di berbagai wilayah pedesaan telah mendorong perpindahan penduduk dari desa ke kota, mengubah dinamika sosial dan ekonomi di seluruh negeri. Analisis ini akan mengkaji bagaimana deforestasi memicu migrasi dan urbanisasi serta dampaknya terhadap kehidupan sosial dan masyarakat.

1. Kerusakan Hutan dan Kehilangan Mata Pencaharian

Deforestasi sering kali disebabkan oleh konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan skala besar, terutama kelapa sawit, karet, dan kayu industri. Dampak langsung dari kerusakan hutan ini adalah hilangnya mata pencaharian bagi masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk penghidupan mereka, seperti melalui perburuan, pengumpulan hasil hutan non-kayu, dan pertanian tradisional. Ketika hutan hancur, sumber daya alam yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi lokal turut menghilang, menyebabkan masyarakat setempat kehilangan pendapatan.

Masyarakat yang sebelumnya bergantung pada hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik untuk kayu bakar, makanan, maupun obat-obatan, harus mencari alternatif untuk bertahan hidup. Namun, ketika akses terhadap sumber daya alam terbatas, banyak dari mereka terpaksa meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Deforestasi secara tidak langsung mendorong migrasi penduduk pedesaan ke wilayah perkotaan, di mana mereka berharap menemukan pekerjaan di sektor industri atau jasa yang berkembang pesat di kota.

2. Migrasi ke Kota: Perpindahan dan Adaptasi

Migrasi dari pedesaan ke perkotaan sering kali menjadi satu-satunya pilihan bagi masyarakat yang terdampak oleh deforestasi. Kehilangan akses ke sumber daya hutan, perubahan iklim mikro akibat hilangnya pepohonan, serta degradasi tanah membuat bertani di lahan yang sebelumnya subur menjadi tidak mungkin. Tanpa peluang kerja yang cukup di daerah pedesaan, banyak orang memutuskan untuk pindah ke kota.

Migrasi ini tidak hanya berdampak pada individu atau keluarga yang bermigrasi, tetapi juga pada struktur sosial di desa yang mereka tinggalkan. Banyak desa kehilangan tenaga kerja produktif, terutama kalangan muda, yang berbondong-bondong pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Hal ini mengakibatkan fenomena "brain drain" di wilayah pedesaan, di mana penduduk yang paling mampu dan terampil meninggalkan komunitas mereka, meninggalkan penduduk yang lebih tua dan anak-anak yang kurang berdaya dalam menghadapi perubahan sosial dan ekonomi.

Di kota, para migran ini menghadapi tantangan baru. Kurangnya keterampilan yang relevan dengan pasar kerja perkotaan, terutama bagi mereka yang terbiasa hidup dari hasil hutan atau bertani, sering kali menyebabkan mereka bekerja di sektor informal dengan upah rendah dan kondisi kerja yang kurang baik. Ketidakstabilan ekonomi ini memperparah masalah urbanisasi yang berlebihan, meningkatkan jumlah penduduk yang tinggal di permukiman kumuh tanpa akses yang memadai terhadap layanan dasar seperti sanitasi, air bersih, dan kesehatan.

3. Urbanisasi dan Tekanan Terhadap Kota

Urbanisasi yang dipicu oleh deforestasi menyebabkan pertumbuhan populasi perkotaan yang cepat di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak kota besar dan kecil harus menghadapi gelombang migrasi yang tiba-tiba dan sering kali tanpa persiapan yang memadai. Ledakan populasi ini menimbulkan masalah baru bagi pemerintah lokal, termasuk meningkatnya kebutuhan akan perumahan, infrastruktur, dan layanan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun