Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Nature

Robohisasi dan Krisis Air : Perspektif Ilmu Ekonomi dan Organisasi Industri.

29 September 2024   03:14 Diperbarui: 29 September 2024   06:19 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari perspektif ilmu ekonomi, robohisasi dan krisis air ini menciptakan eksternalitas negatif. Eksternalitas adalah dampak dari aktivitas ekonomi yang dirasakan oleh pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam transaksi ekonomi tersebut. Dalam kasus deforestasi, masyarakat umum, terutama mereka yang tinggal di hilir, menghadapi krisis air yang disebabkan oleh aktivitas deforestasi di hulu yang menguntungkan segelintir perusahaan.

Untuk mengatasi eksternalitas negatif ini, pendekatan ekonomi lingkungan menawarkan solusi berupa instrumen ekonomi seperti pajak lingkungan, subsidi reforestasi, dan skema perdagangan karbon. Pajak lingkungan dapat dikenakan pada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam deforestasi, berdasarkan jumlah emisi atau kerusakan yang diakibatkan terhadap sumber daya alam, termasuk air. Subsidies for reforestation atau pembayaran untuk jasa lingkungan juga dapat diterapkan untuk memberikan insentif bagi perusahaan atau individu yang berkomitmen untuk menjaga hutan dan meningkatkan kualitas air.

Salah satu pendekatan yang semakin relevan adalah pasar karbon, di mana perusahaan-perusahaan dapat memperoleh kredit karbon melalui kegiatan penghijauan atau perlindungan hutan. Kredit karbon ini dapat dijual di pasar internasional kepada perusahaan lain yang perlu mengimbangi emisi mereka. Skema ini menciptakan hubungan pasar antara deforestasi, karbon, dan air, karena hutan yang dipertahankan atau dipulihkan juga berkontribusi terhadap ketersediaan dan kualitas air.

3. Peran Organisasi Industri dalam Penanganan Deforestasi

Dari sudut pandang organisasi industri, keberlanjutan sektor bisnis dalam jangka panjang sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk mengelola sumber daya alam dengan bijak. Industri yang bergantung pada lahan, seperti pertanian, kehutanan, dan energi, perlu mengembangkan model bisnis yang mengutamakan keberlanjutan dan mengurangi dampak negatif terhadap air.

Sertifikasi hijau seperti Forest Stewardship Council (FSC) dapat menjadi alat penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya hutan. Sertifikasi ini memastikan bahwa kayu dan produk berbasis hutan diproduksi dengan cara yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial. Di sektor perkebunan, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) menyediakan kerangka kerja untuk memastikan bahwa produksi kelapa sawit dilakukan dengan cara yang tidak merusak hutan dan sumber daya air.

Selain sertifikasi, perusahaan juga harus mengadopsi praktik Corporate Social Responsibility (CSR) yang aktif, terutama di kawasan yang rentan terhadap robohisasi. Industri dapat berperan dalam restorasi hutan melalui kemitraan dengan organisasi lingkungan, serta berinvestasi dalam teknologi bioengineering yang membantu memulihkan ekosistem air yang terganggu oleh deforestasi.

4. Teknologi dan Inovasi dalam Penanganan Krisis Air

Teknologi juga memainkan peran penting dalam mitigasi dampak deforestasi terhadap air. Inovasi di bidang pengelolaan air dan bioengineering memungkinkan pengembangan infrastruktur hijau yang dapat menggantikan sebagian fungsi hutan yang hilang. Salah satu teknologi yang efektif adalah pembangunan bendungan alami atau struktur penahan air yang menggunakan vegetasi untuk mengelola aliran air dan mengurangi risiko banjir serta erosi.

Selain itu, penerapan Internet of Things (IoT) dalam pengelolaan hutan dapat membantu memantau deforestasi secara real-time. Data yang dikumpulkan dari sensor dan satelit dapat digunakan oleh pemerintah dan industri untuk mencegah penebangan liar dan memantau perubahan dalam kualitas air di kawasan yang terkena robohisasi.

5. Kerangka Kebijakan dan Kolaborasi untuk Penanganan Deforestasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun